Movie

Migas Tiga Ipa 3 SMA 1 Lhokseumawe. Lets follow our Twitter @MIGASmansa :)

Kamis, 11 Oktober 2012

I'm Not Her Part 3


-Fachra Nur Arifa-

ini sambungan yang terakhir, hehe. selamat menikmati guys.

Alex menjemput Blair tepat waktu. Dengan mata yang masih sedikit mengantuk, Blair masuk ke mobil Alex. “Kenapa naik mobil? Katanya mau jogging?” kata Blair. “Rumah kamu jauh dari rumahku, ngga mungkin kan aku lari untuk menjemputmu?” kata Alex. Blair hanya diam dan benar juga pikirnya dalam hati. Sampai di tujuan dan Blair bingung, tempat apa ini? Kenapa jogging di tempat seperti ini? Pikirnya dalam hati. Alex memulai pembicaraan di kursi taman itu dengan suasana sunyi senyap. Satu dua titik embun masih menempel di daun hijau. Suasana tenang dan damai “Aku ingin membicarakan sesuatu” kata Alex. Blair merasa canggung dengan suasananya. “Aku mencintaimu Blush” kata Alex dengan suara bergetar. Blair mengerutkan dahinya “Blush?” tanya Blair bingung. Alex buru-buru meralat ucapannya “Aku mencintaimu Blair”. Blair diam, dia memang suka Alex tapi dia bingung, kenapa dia dipanggil Blush? Siapa Blush? Aku Blair. Akhirnya Blair membuka mulut “Aku juga..” belum sempat Blair menjawab, Alex langsung memeluk Blair.
Clark mendekati Blair. “Hai” sapa Clark “Kamu ada apa dengan Alex? Aku lihat akhir-akhir ini diantarin terus. Kamu pacaran dengannya?” Blair hanya tersenyum. Clark memulai pembicaraan “Ada sesuatu yang harus kukatakan padamu Blair, tapi kau harus janji untuk tidak terkejut”. “Apa? Katakan saja” kata Blair. “Aku, Alex dan Blush adalah sahabat karib. Sejak Blush meninggal, Alex benar-benar terpukul karena dia tidak tahu penyakit yang diderita Blush. Alex dan Blush sempat berpacaran dan Blush memutuskan Alex saat penyakit yang dideritanya semakin parah. Alex marah karena Blush tidak memberitahukan kesalahannya. Saat Blush meninggal, Alex malas berbicara, dia tidak suka bergaul. Dia benci semua orang yang mendekatinya. Kau pernah ke rumah Alex? Orangtuanya tak pernah peduli dengan Alex, Alex selalu sendirian dan tak pernah mendapat kasih sayang dari orang tuanya. Dia selalu dikirimkan uang oleh ayah dan ibunya, orangtuanya begitu sibuk di luar negeri, sampai hanya dapat melihat anaknya enam bulan sekali dan kembali lagi pada kerjaannya. Alex tidak suka pembantu atau siapapun itu, dia suka kesendirian. Dan Blush selalu menemani Alex, mengerti Alex dan mereka sama-sama jatuh cinta dan berpacaran cukup lama. Jadi..” Blair diam, daritadi dia hanya menahan nafas mendengar cerita Clark. Blair tidak mengungkapkan dengan kata-kata, tapi Clark tahu Blair ingin ceritanya dilanjutkan. “Aku melihat kalian cukup akrab, tapi satu yang aku lihat, saat Alex melihatmu, aku tahu yang Alex pikirkan ialah Blush. Tatapan Alex selalu berbeda-beda pada semua orang dan tatapan Alex itu persis seperti tatapan Alex yang dulu pada Blush. Aku takut kau hanya pelampiasan Alex, aku takut karena hanya karena kau menyanyikan lagu yang persis sama dengan yang Blush nyanyikan, dia menganggapmu sebagai Blush. Hanya itu Blair, aku harap kau memikirkannya” kata Clark dan pergi meninggalkan Blair sambil menepuk-nepuk bahu Blair untuk memberinya waktu berpikir.
Blair duduk sambil menatap kosong ke satu arah, dia merasa hatinya tersayat. Perih, dadanya terasa sesak, dia menyesal, dia merasa seperti orang bodoh yang salah arah. Satu dua tetes air mata jatuh dari matanya, Blair terus menangis dalam kesedihan. Dia ingin mengulang waktu, tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa. Dia lelah dan ingin istirahat. Hanya itu, hanya itu yang mungkin dapat membuatnya lega.
Blair sampai di rumah, dan dia merasa bosan. Dia tidak ingin mengingat apa yang terjadi, dia ingin melupakan semuanya. Dia keluar dengan mobilnya tanpa supir dan dia berhenti di tempat tenang untuk menjernihkan pikirannya. Satu dua titik hujan turun dan menjadi jutaan titik hujan seakan ingin menemani Blair menangis. Blair mengendarai mobilnya, hari sudah begitu gelap. Tatapannya kosong kedepan, kabut tebal menghalangi jalan. Dia terkejut melihat mobil yang tepat berada di depannya. Berusaha mengelak, Blair memutar setir dengan keras hingga jatuh kedalam pelosok hutan dan berhenti menabrak pohon besar.
Blair koma, orangtuanya cuti kerja untuk menemaninya di rumah sakit. Masih belum sadar. Alex diam, dia tak ingin banyak ngomong. Dia hanya diam dan diam.
Setelah beberapa minggu koma, akhirnya Blair sadar, orangtuanya begitu senang mendengar kabar baik itu. Alex segera ke rumah sakit begitu mendengar kabar itu. “Kau sadar?” kata Alex “Ya” jawab Blair singkat. Alex memeluk Blair dengan hati lega dan senang. Blair belum bisa dibawa pulang dan masih menjalani perawatan di rumah sakit. Alex selalu mengunjungi Blair sekadar untuk melihatnya dan melepas rasa rindunya. “Alex, kamu ke rumah sakit hari ini?” kata Blair di telepon. “Ya, setelah kelas habis” “Baiklah, jangan lupa bawa gitarmu ya lex” kata Blair sambil menutup telepon. Alex tidak terlalu mempedulikan alasan Blair dan membawa gitar ke rumah sakit.
“Mainkan lagu yang kita nyanyikan saat Pentas Seni” kata Blair. Alex menurut, mereka bernyanyi bersama dan Alex senang.” Kenapa kau tak pernah mengatakan bahwa kau mencintaiku? Aku ingin mendengarnya” kata alex. Tapi Blair mengeluarkan air matanya, dia menutup wajahnya sambil menangis tersedu-sedu, tak tahu apa yang harus dilakukannya. Alex memeluknya dengan erat.
Dokter berkata pada orangtua Blair bahwa lambung yang ada di perut Blair bisa saja mendadak koyak, karena menjahit lambung yang terluka lebar tidak sesempurna lambung yang sebenarnya. Kita tahu sebelumnya Blair mengidap penyakit maag, itu membuat lambungnya terluka seperti irisan pisau. Karena perut terbentur dengan keras, lambung Blair semakin parah dari dalam. Dia bisa meninggal kapan saja, hanya keajaiban yang membuatnya dapat bertahan. Dia sadar dari koma saja suatu keajaiban, saat kecelakaan perutnya mebentur setir dengan keras dan menghasilkan efek dari dalam. Untung langsung ada penyelamat yang segera membawanya ke rumah sakit. Dokter hanya mengingatkan untuk tidak terlalu senang melihat sadarnya Blair.
Dan apa yang terjadi? Blair menutup matanya untuk selamanya. Sesuai dengan yang dikatakan dokter, lambung pada perutnya koyak dan Blair meninggal dunia. Alex terpaku di tempat ia berdiri, ia merasa melayang dan merasa gaya gravitasi telah hilang. Dia ingin mati, dia benci semua keadaan ini. Clark menepuk bahu Alex dengan air mata yang keluar tanpa suara begitu juga dengan orangtua Blair yang menangis tanpa suara.
Alex kembali seperti dulu, dia merasa takdirnya memang begini. Saat dia ingin melupakan orang itu, Blair juga pergi meninggalkannya. Clark datang “Alex, sebelum Blair meninggal, dia menitipkan surat ini padaku dan dia ingin kau membacanya. Kau harus tabah, jangan berubah lagi. Aku menyukaimu yang dulu Alex” Clark pergi meninggalkan Alex dan hanya meletakkan surat itu diatas meja belajar Alex. Alex melihat surat itu dan membukanya dengan tangan yang bergetar.
Alex, kuharap kau membaca surat ini. Aku mencintaimu Alex, aku begitu mencintaimu. Kau tahu kenapa aku tak ingin mengungkapkan perasaanku? Sama seperti Blush, aku tak ingin kau berharap padaku. Aku tak ingin kau berubah seperti saat Blush meninggalkanmu. Aku tahu hidupku tak lama, karena dokter mengatakan aku bisa meninggal kapan saja. Terus hidup, aku mencintaimu walaupun aku pergi ke dunia lain begitu juga dengan Blush. Aku mencintaimu karena senyummu, setiap melihat senyum tulus itu mengembang, rasanya jantungku ingin keluar. Teruslah hidup seperti biasanya, kau harus bergaul. Kau harus berteman dengan Clark, kau tak boleh menjauhi Clark karena kau meningat Blush. Aku tahu kau menganggapku Blush karena aku menyanyikan lagu yang persis sama dengan yang dinyanyikan Blush. Awalnya aku sedih, tapi aku tak bisa menyingkirkan perasaan sukaku padamu. Aku tak bisa membencimu, aku tetap mencintaimu dalam hatiku. Kau harus ingat itu, aku selalu mencintaimu Alex. Mungkin kau mencintai Blush dan tidak mencintai Blair. Tapi kau harus tahu bahwa Blair mencintai Alex.
Alex memijat-mijat pelipisnya, air mata terus jatuh membasahi kertas. Dia berpikir andai aku bisa mengulang waktu, aku ingin mencintai Blair sepenuh hatiku, aku tahu aku menganggapnya Blush. Tapi aku menyesal, aku benar-benar menyesal. Dada Alex terasa sakit, rasanya dia ingin menusuk dirinya sendiri. Dia memikirkan betapa jahatnya dia pada Blair yang mencintainya dengan tulus. Ia ingin menjaga Blair agar tetap hangat dihatinya dan tersimpan rapat jauh di lubuk hati yang paling dalam. Andai waktu bisa kuputar. Andai waktu bisa kuputar. Andai waktu bisa kuputar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar