Movie

Migas Tiga Ipa 3 SMA 1 Lhokseumawe. Lets follow our Twitter @MIGASmansa :)

Minggu, 07 Oktober 2012

I'm Not Her Part 2

-Fachra Nur Arifa-


ini sambungannya, ntar ada sambungannya yg ketiga. selamat menikmati guys.

Alex sampai sedikit terlambat karena susah cari parkir. Akhirnya dia sampai juga kata Clark dalam hati. Clark naik panggung dengan sedikit memberi sambutan selamat datang dan terimakasih. Tiba-tiba Blair datang dengan kostum yang sederhana, tak glamour tapi tetap terlihat cantik dan sedikit terlambat setelah Alex. Blair berdiri disamping Alex, dan mereka berdua tidak menyadari bahwa mereka bersampingan. Tiba-tiba Clark menyebut nama Alex dan memintanya menyumbangkan satu lagu untuk memeriahkan ulangtahun Clark dan dia jalan menuju panggung. Blair sedikit terkejut, bahwa alex yang dipanggil berada di sampingnya. Saat dia melihat dan dia baru menyadari bahwa itu adalah pria tidur di kelas kemarin dan dia baru tahu namanya Alex. Alex mulai memainkan piano, jari-jarinya menari-nari diatas tuts piano. Blair takjub mendengar suara dan kemampuan Alex yang luar biasa. Semua bertepuk tangan meriah. Setelah Alex kembali, tiba-tiba Clark meminta Blair untuk menyumbangkan satu lagu. Semua mata di pesta tertuju pada Blair yang masih bengong karena dia masih belum menyadari bahwa dia masih di dunia karena sentuhan suara Alex yang membuatnya takjub. Akhirnya dia naik panggung dan mulai menyanyi. Suara Blair yang lembut membuat Alex kembali pada 2 tahun yang lalu, orang yang disayanginya yang telah pergi juga pernah menyanyikan lagu yang persis sama dengan orang ini. Siapa orang ini? Kenapa suaranya begitu bagus dan membuat aku mengingat dia lagi? Kata Alex dalam hati. Dari awal hingga akhir, Alex hanya terdiam terpaku dengan kaku ditempat dia berdiri. Blair disambut tepukan yang begitu meriah, tapi Alex hanya diam dan merasa matanya panas ingin menangis mengingat sosok seseorang yang dulu selalu menemaninya. Alex pergi begitu saja tanpa pamit pada Clark, dan Clark melihat Alex yang pergi begitu saja. Clark tahu lagu tadi membuat Alex mengingat dia yang pergi, karena didepan Clark dulu, dia dan Alex pernah berkolaborasi menyanyikan lagu yang sama persis dengan yang dinyanyikan Blair.

Setiap Alex melihat Blair, dia mengingat kembali dia yang telah pergi. Blair bingung karena setiap dia berada didekat Alex, dia tahu Alex menjauhinya. Dengan keberanian dan mental yang sudah disiapkannya jauh hari, Blair bicara dengan Alex. “Nama kamu Alex kan?” yang ditanya hanya diam dan menoleh ke samping. Dengan suara bergetar Alex hanya bilang “Iya”. Blair bilang “Suara kamu bagus banget loh kemarin di ulangtahun Clark. Aku sampai takjub lihat kamu memainkan piano dengan sangat lihai”. Alex tersenyum kaku sambil bilang “Makasih” “Kamu memang suka musik ya?” kata Blair “Iya” kata Alex. Dalam hati Blair sedikit malu karena daritadi yang memulai pembicaraan hanya dia, dan itu memalukan baginya. Alex masih dengan pikirannya sendiri, dia takut setiap melihat gadis yang berada di sebelahnya ini. Tapi Alex memberanikan diri dan memulai pembicaraan “Kamu suka nyanyi juga? Suara kamu juga bagus” “Ohya? Sebenarnya aku cuma hobby dan suka. Aku ngga les, cuma nyanyi biasa seperti yang lainnya” kata Blair. Alex tersenyum sedikit lama kali ini, mereka bicara panjang lebar mengenai musik. Blair senang bicara dengan Alex, walupun Alex hanya memberi tanggapan “Iya” “Oh” tapi mereka merasa cocok karena sama-sama suka musik. Alex mulai merasa hidup kembali merasa banyak bicara lagi seperti dulu. Setelah sekian lama dia tidak ingin berbicara dan hanya dirumah dan tidak peduli sekitarnya.
Selama beberapa hari ini Alex senang berbicara dengan Blair, begitu juga dengan Blair. Universitas mengadakan pentas seni dan semua anak yang memilih bidang musik wajib tampil di panggung. Alex melihat Blair yang tampak sedang berpikir, dia mendekati Blair “Hai” kata Alex. Blair hanya tersenyum. ”Kenapa?” kata Alex. “Aku lagi memikirkan apa yang harus aku tampilkan di pentas seni nanti, apa kamu sudah mempersiapkannya?” kata Blair. “Hm, belum” “Gimana kalo kita berkolaborasi, aku tahu kamu pinter piano dan aku juga suka piano. Aku suka gitar, kamu juga suka gitar kan?” “Ya, aku suka semua alat musik” “Gimana kalo kita nyanyi duet bersama, tak ada salahnya kan?” Alex takut, takut sekali, takut mengambil keputusan, sangat takut. Tanpa berpikir alex menjawab “Baiklah” dan kata singkat itu dibalas senyum mekar oleh Blair. Alex sadar dia telah salah mengambil langkah. Apa yang harus aku lakukan? dalam hati Alex.
Tinggal beberapa minggu sampai Pentas Seni tiba, selama beberapa hari itu Alex dan Blair berlatih di rumah Alex. Blair takjub melihat dekorasi ruang musik Alex. Satu yang tak ingin ditanyakan Blair, mengapa rumah ini begitu sepi? Rumahku juga sepi, tapi ada Mbok, Mas Tukang Kebun dan Supirku yang menemaniku di rumah saat orangtuaku sibuk bekerja. Tapi rumah ini tak ada siapa-siapa, tapi Blair yakin Alex punya alasan yang kuat mengapa keadaan rumahnya seperti itu dan Blair tidak ingin cari tahu. “Kita latihan apa lagi?” kata Alex. “Lagu uda dapat, lirik uda dihafal dan nadanya juga uda tepat. Kamu main gitar, aku main piano. Sip, apa lagi ya? Hm, bagaimana kalo gerakan? Biasanya kalo duet nyanyi ada saat mereka saling bertatapan dan menceritakan lirik lewat gerakan” kata Blair. “Terserah, tapi disini kita berdua sama-sama main musik” kata Alex. “Kita bisa menyisipkan atau menambahkan gerakan pada akhir lagu tanpa musik. Bagaimana menurutmu?” kata Blair. “Boleh” jawab Alex singkat. Selama Blair menyanyi disamping Alex, dia benar-benar menyukai gadis ini. Dengan wajah yang cantik dan polos juga suara yang penuh arti. Tangan Alex terangkat dan memegang tangan Blair. Sedikit terkejut melihat tangannya yang digenggam Alex. Karena tahu ini bagian Alex menyanyi, Alex tidak melihat Blair dan minta izin untuk memegang tangan Blair dan terus menyanyi. Blair menunduk dengan muka merah dan tak berkomentar apa-apa.
Latihan selesai dan Blair merasa lelah, Alex melihat Blair sedang menutup matanya dan menyandarkan kepalanya di kursi. Tiba-tiba mata Blair terbuka dan otomatis Alex salah tingkah sambil berdeham beberapa kali dan Blair tak tahu daritadi Alex hanya melihatnya. Alex mulai membuka pembicaraan “Kamu laper?” “Iyaa” kata Blair. “Sebelum pulang, kita makan di luar dulu. Mau kan?” kata Alex. “Boleh banget, aku beneran laper” kata Blair. Alex tersenyum sambil menarik lengan Blair dan Blair terkejut karena Alex begitu akrab dengannya. Degupan jantungnya sedikit terdengar melihat senyum Alex. Apa yang ku pikirkan? Dalam hati Blair.
Blair suka makanan italia, Alex membawanya ke restoran Italia. Setelah memesan, Alex memulai pembicaraan “Sejak kapan kamu suka nyanyi dan belajar musik?” “Hm, aku tak tahu tepatnya kapan, yang jelas dari dulu aku suka menyanyi dan musik” kata Blair. “Aku juga” kata Alex sambil tersenyum. Blair mendengar degupan jantungnya sendiri yang begitu keras, Alex tak pernah tersenyum padanya selama dan semanis itu, dalam hati Blair. Pesanan datang, mereka hanya makan tanpa kata atau kalimat yang terucap. Mereka pulang dan di mobil Alex hanya diam, Blair juga diam. “Kau tahu rumahku?” tanya Blair. “Tidak, baru saja aku ingin menanyakannya” kata Alex. Setelah memberitahukan alamat rumahnya, Blair diam lagi. Blair sampai dirumahnya dan Alex hanya tersenyum dan Blair juga hanya tersenyum. Malas memikirkan semuanya, Blair masuk ke rumah dengan tenang.
Pentas Seni tiba, akhirnya acara yang ditunggu-tunggu semua orang datang juga. Blair dan Alex siap dengan kostum yang elegan. Blair benar-benar grogi dan semua itu tergambar jelas di wajahnya. Melihat itu, Alex memegang tangan Blair. Blair tidak terkejut, karena memang genggaman tangan yang dibutuhkannya saat dia nervous. Giliran Alex dan Blair untuk tampil. Nada piano mengalun lembut diiringi gitar akustik yang halus. Mereka menyanyi tanpa memikirkan masalah yang ada dan mengeluarkan semua emosi pada lirik lagu untuk menyampaikannya lewat gerakan yang penuh dengan arti. Semua tercengang dan mereka mendapatkan tepukan meriah dari semua penonton. Alex tersenyum dan Blair ingin menangis karena terharu. Clark melihat mereka dan hanya diam, tatapan Alex itu apa? Dia telah berubah, itu tatapan matanya yang dulu. Tapi Clark tidak tenang, dia tahu satu hal yang akan membahayakan mereka berdua.
Blair tidak tahan lagi, air matanya jatuh karena terharu. Tanpa sadar, Alex memeluknya “Usaha kita ngga sia-sia. Semua berjalan dengan mantap tanpa cacat”. Blair tersenyum senang mendengar kalimat yang diucapkan Alex barusan. Blair senang, karena dia belum pernah tampil di panggung yang meriah ini, dia hanya gadis biasa yang suka menyanyi di rumahnya, tanpa les atau latihan khusus apapun. Berbeda dengan Alex yang sering tampil di acara penting dan dia telah biasa mendapat tepukan meriah semua pasang mata yang melihatnya.
Alex bingung, dia mencintai gadis itu, pikirnya. Tapi dia tak tahu bagaimana caranya mengungkapkan perasaannya. Dengan tekad yang penuh dan bulat, Alex berencana mengungkapkan perasaannya besok pagi di tempat yang sudah direncanakannya. “Hei, besok kita ngga masuk kelas. Kamu punya acara lain?” kata Alex lewat telepon. “Hm, engga lex. Sejauh ini masih kosong, kenapa?” kata Blair. Alex tersenyum “Datang besok pagi di blablabla, kita jogging ya. Aku jemput” sambil menutup teleponnya. Blair mengerutkan dahinya dan dalam hati berkata , apa yang ingin dilakukannya? Aku belum menyetujuinya, kenapa langsung menutup telepon?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar