Movie

Migas Tiga Ipa 3 SMA 1 Lhokseumawe. Lets follow our Twitter @MIGASmansa :)

Sabtu, 13 Oktober 2012

Akhir Kisah Sang Legenda, Michael Schumacer

 -Muhammad Ghiffari Ryoza-

Untuk kali kedua, Michael Schumacher memutuskan pensiun dari arena balap. Apakah keputusannya itu sudah tepat, atau akan ada lagi momen comeback untuk kali ketiga?

Hmm, jika melihat usianya saat ini yang sudah menginjak 43 tahun, keputusan Schumi kali ini nampaknya bakal jadi keputusan final.  Kali ini, Schumi sepertinya bakal benar-benar menikmati sisa hidupnya sebagai salah satu legenda hidup Formula One (F1).



Menilik momen comebacknya pada 2010, Schumi sebenarnya dalam kondisi tidak cukup siap bersaing di arena balap. Di pertengahan musim 2009, Schumi gagal mengisi kokpit Ferrari –menggantikan Felipe Massa yang cedera- karena mengalami masalah pada lehernya.

Namun, karena tekad yang kuat plus dorongan  semangat dari keluarga dan rekan, Schumi akhirnya benar-benar kembali ke lintasan     F1 setelah absen tiga tahun menyusul pengumumannya pensiun usai jadi runner-up F1 2006 bersama Ferrari.

Motivasi Schumi kembali ke lintasan pun banyak menimbulkan spekulasi. Banyak kalangan menilai, kembalinya Schumi ke lintasan tak lebih hanya untuk meningkatkan pamor F1 yang kala itu tengah lesu lantaran dianggap menyajikan balapan yang monoton (kurang kompetitif).

Selain hal itu, sorotan lain tertuju pada tim yang dibelanya, MercedesGP. Tim yang berbasis di Jerman ini diketahui merupakan tim baru di F1, setelah mengakuisisi saham Brawn GP yang berstatus juara dunia pada 2009.

Keputusan Mercedes bersama tim prinsipalnya, Ross Brawn –mantan bos Brawn GP- merekrut Schumi dituding hanya untuk meningkatkan pamor Mercedes sebagai tim baru, dan agar diperhitungkan oleh tim-tim besar.Sementara bagi Schumi, keputusannya kembali turun gunung diyakini hanya sebatas untuk materi. Sudah menjadi rahasia umum, Schumi mendapat bayaran tinggi di Mercedes, yakni 20 juta pounds per tahun.

Tudingan sejumlah analis itupun perlahan mulai terbukti. Schumi terlihat cukup mampu mendongkrak animo pecinta F1 untuk kembali datang ke lintasan. Kebanyakan dari mereka tentunya ingin melihat aksi Schumi yang notabene merupakan pembalap fenomenal pada era kejayaannya di awal 2000an.



Namun, ekspektasi tinggi yang ada di kepala para pendukungnya perlahan meredup. Boleh-lah, pada awal-awal musim Schumi mampu menunjukkan diri bahwa ‘ilmunya’ belum luntur. Sebagai veteran, dia mampu menyaingi para pembalap muda. Di balapan pertamanya, Schumi sukses finis di urutan enam GP Bahrain.

Namun, setelah itu Schumi menunjukkan performa angin-anginan. Alhasil, musim perdanannya berakhir kurang maksimal, di mana dirinya hanya mampu menempati posisi 9 klasemen akhir. Catatannya, tanpa sekalipun naik podium (tiga kali finis keempat jadi raihan terbaiknya).

Meski gagal sekalipun naik podium, namun banyak kalangan cukup maklum. Mereka menilai, Schumi masih butuh adaptasi. Di musim kedua akan jadi pembuktian sebenarnya sang maestro lintasan.

Namun, Schumi ternyata tak mampu mewujudkan ekspektasi itu. Di musim keduanya, Schumi memang sukses memperbaiki posisinya di klasemen akhir, yakni naik satu strip ke posisi delapan. Namun, dia kembali tak sekali pun mampu berdiri di podium.

Dari sini, isu pemecatan Schumi selentingan mulai berembus. Mercedes kabarnya mulai gerah dan berniat mencari pembalap muda potensial untuk mendampingi Nico Rosberg. Namun, karena belum mendapatkan kandidat yang tepat, Mercedes akhirnya memberikan kesempatan terakhir kepada Schumacher.

Dari total 14 seri yang dijalaninya musim ini, Schumi hanya mampu melakoni tujuh balapan, sementara tujuh lainnya harus retired, meski semua itu tidak sepenuhnya kesalahannya. Dari tujuh seri balap itu, Schumi mampu mencatatkan hasil terbaiknya dengan naik podium tiga pada GP Eropa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar