Tittle:
LEAF,
TREE, AND WIND
Genre:
Straight
Author:
Assri
Edit By: Shella
-------
Ada satu
pertanyaan yang mengganjalku:
“Daun terbang, karena tiupan Angin, atau karena
Pohon tak memintanya untuk tinggal??”
……………………………………………………………………………………
--POHON--
Aku Watanabe Kenji…
Alasan mengapa orang- orang memanggilku “Pohon”
adalah karena aku sangat baik dalam menggambar pohon. Selain itu, aku selalu
menggunakan gambar pohon pada sisi kanan sebagai trademark pada semua
lukisanku. Aku seorang playboy. Aku telah berpacaran dengan sebanyak 5 orang gadis
ketika aku masih di Jounant High School dulu.
Namun sebenarnya hanya ada satu gadis yang sangat
kucintai, tapi aku tak punya keberanian untuk mengatakannya. Dia tidak memiliki
wajah yang cantik, apalagi tubuh yang seksi. Dia tipikal gadis yang sangat
peduli dengan orang lain dan religius. Tapi dia hanya gadis biasa. Dia hanya
sahabat dekatku. Dia hanya sahabat terbaikku.
Aku menyukainya, sangat menyukainya. Aku menyukai
gayanya yang innocent dan apa adanya. Aku menyukai kemadiriannya dalam
menjalani hidup. Aku menyukai kepandaian dan kekuatannya sebagai seorang gadis.
Dan aku menyukai semua perhatiannya yang hangat padaku.
Alasan mengapa aku tak memintanya menjadi kekasihku,
adalah karena aku merasa dia yang sangat biasa itu tidak serasi untukku yang
hebat ini. Aku juga takut, jika kami bersama semua perasaan yang indah ini akan
hilang. Aku juga takut kalau gosip- gosip yang ada akan menyakitinya. Aku
merasa dia adalah “Sahabatku” dan aku akan memilikinya tiada batasnya, dan aku
juga tak harus memberikan semuanya hanya untuk dia.
Hanya itu?
Tidak.
Masih ada alasan lain. Dan alasan yang terakhir
adalah, aku sudah membuat dia menemaniku dalam berbagai pergumulan selama 3
tahun ini. Dia tau aku mengejar gadis-gadis lain, dan aku telah menyakiti
hatinya, aku telah membuatnya menangis diam-diam selama 3 tahun ini.
Ketika aku mencium kekasihku yang kedua dan terlihat
olehnya, dia hanya tersenyum dengan berwajah merah dan berkata
“Lanjutkan
saja..Kalian serasi sekali..”
Dan setelah itu pergi meninggalkan kami. Esoknya,
matanya bengkak, dan merah. Dia menangis semalaman, aku tau.
Aku sengaja tak mau memikirkan apa yang menyebabkannya
menangis. Aku mencoba bersikap senormal mungkin, seriang mungkin, hingga aku
tertawa dengannya seharian.
Lalu ketika semuanya telah pulang, dia sendirian di
kelas untuk menangis. Dia tidak tahu bahwa aku kembali dari latihan dance untuk
mengambil sesuatu di kelas, dan aku melihatnya menangis selama sejam lebih.
Tunggu, ada kisah lainnya. Pacarku yang ke-4, tak
menyukainya. Pernah sekali mereka berdua perang dingin, dan aku tahu benar
bukan sifatnya untuk memulai suatu perang. Tapi aku masih tetap bersama
pacarku. Aku berteriak padanya dan matanya penuh dengan air mata sedih
bercampur kaget. Namun aku tak memikirkan perasaannya dan pergi meninggalkannya
bersama pacarku..
Esoknya, ia masih bisa tertawa dan bercanda denganku
seperti tak ada yang terjadi sebelumnya. Aku tahu bahwa dia sangat sedih dan
kecewa tapi dia tidak tahu bahwa sakit hatiku sama buruknya dengan dia, aku
juga sedih. Entahlah, aku sendiri tak tau apa yang kupikirkan 3 tahun ini.
Ketika aku putus dengan pacarku yang ke- 5, aku mengajaknya
pergi. Setelah kencan satu hari itu, aku mengatakan bahwa ada sesuatu yang
ingin kukatakan padanya. Dia mengatakan bahwa kebetulan sekali bahwa dia juga
ada sesuatu yang ingin dia katakan padaku.
Aku cerita padanya tentang putusnya aku dengan pacarku
dan dia berkata tentang dia sedang memulai suatu hubungan dengan seorang pria.
Aku tahu pria itu. Dia pria yang sering mengejarnya selama ini. Pria yang baik,
penuh energic dan menarik.
Aku tak bisa memperlihatkan betapa sakitnya hatiku,
aku hanya bisa tersenyum dan mengucapkan selamat padanya. Ketika aku sampai di
rumah, sakit hatiku bertambah kuat, aku tak dapat menahannya lagi. Seperti ada
batu yang sangat berat menghimpit dadaku. Aku tak bisa bernapas, ingin
berteriak sekencang-kencangnya, tapi tidak bisa.
Air mata mengalir jatuh dan aku menangis.
Tangis pertamaku untuk seorang gadis.
Aizawa Tsuki.
Sudah sering aku melihatnya menangis untuk aku yang
mengacuhkan kehadirannya. Mungkin sekarang saatnya aku ganti menangis untuknya.
Ketika upacara kelulusan, aku mendapat sebuah SMS
masuk di ponselku. Dari dia. Dari seorang gadis bernama Aizawa Tsuki yang sama.
SMS itu berbunyi.
“Daun
terbang karena Angin bertiup atau karena Pohon tak memintanya untuk tinggal?”
……………………………………………………………………………………
--DAUN--
Aku Aizawa Tsuki.
Selama bersekolah di Jounant High School, aku suka
mengoleksi daun- daun kering yang terjatuh. Kenapa? Karena aku merasa bahwa
daun-daun itu membutuhkan banyak kekuatan untuk meninggalkan pohon yang selama ini
ditinggalinya.
Selama 3 tahun disini, aku dekat dengan seorang
pria, bukan sebagai pacar tapi “Sahabat”. Dan ketika dia mempunyai pacar untuk
yang pertama kalinya, aku mempelajari sebuah perasaan yang belum pernah aku
pelajari sebelumnya, CEMBURU. Perasaan di hati ini tergambarkan seperti 100
butir lemon busuk, masam dan memuakkan.
Ia dan kekasih pertamanya itu. Mereka hanya bersama
selama 2 bulan. Ketika kemudian mereka putus, aku menyembunyikan perasaan yang
luar biasa gembiranya. Aku bersyukur ia tak lagi terikat dengan gadis selain
aku. Tapi sebulan kemudian dia bersama seorang gadis lagi, dan hatiku kembali
remuk.
Aku menyukainya dan aku tahu bahwa dia juga
menyukaiku. Aku bisa melihat semua perasaan cinta untukku dimatanya dengan
jelas.
Tapi mengapa dia tak mau mengatakannya?
Sejak dia mencintaiku, mengapa dia tak yang memulainya
dulu untuk melangkah?
Hingga ketika dia punya pacar baru lagi, hatiku
selalu sakit. Waktu berjalan dan berjalan, hatiku sakit.
Aku mulai mengira bahwa ini adalah cinta yang
bertepuk sebelah tangan. Aku mulai mengira bahwa keyakinanku tentang ia yang
juga mencintaiku itu hanyalah harapan. Tapi mengapa ia memperlakukanku dengan
sangat baik di luar perlakuannya hanya untuk seorang sahabat?
Menyukai seseorang sangat menyusahkan hati!! aku
tahu kesukaannya, kebiasannya. Tapi perasaannya kepadaku tak pernah bisa
diketahui. Kau tak mengharapkan aku sebagai seorang gadis untuk mengatakan
cinta ini lebih dulu bukan?
Di luar itu aku mau tetap di sampingnya, memberinya
perhatian, menemaninya, dan mancintainya. Berharap, bahwa suatu hari, dia akan
datang mencintaiku. Hal seperti menunggu telpon nya setiap malam ,
mengharapkannya untuk mengirimku SMS. Aku tau sesibuk apa pun dia, dia pasti
meluangkan waktunya untukku. Karena itu, aku menunggunya.
3 tahun cukup berat untuk kulalui, kadang aku mau
menyerah. Tapi kadang aku berpikir untuk tetap menunggu.
Ketika diakhir tahun ke- 3, seorang pria mengejarku,
setiap hari dia mengejarku tanpa lelah.
Eguchi Hiroya.
Segala daya upaya telah dilakukan walaupun
seringkali ada penolakan dariku. Aku berpikir apakah aku ingin memberikannya
sedikit ruang kecil di hatiku?
Dia seperti angin yang hangat dan lembut, mencoba
meniup daun untuk terbang dari pohon. Akhirnya, aku sadar bahwa aku ingin
memberikan Angin ini ruang kecil di hatiku. Aku ingin membuka hatiku untuk pria
lain yang lebih bisa mengerti aku.
Aku tau Angin bernama Eguchi Hiroya ini akan membawa
pergi Daun yang lusuh ke tempat yang lebih baik. Akhirnya aku meninggalkan
Pohon. Tapi Pohon hanya tersenyum dan tak memintaku untuk tinggal, aku sangat
sedih memandangnya tersenyum ke arahku.
Upacara kelulusan yang memilukan untuk kami. Kuraih
ponselku dari dalam tas, lalu mengetikkan sebuah pesan singkat untuknya. Pesan
yang mewakili pertanyaan dalam hatiku saat ini.
“Daun
terbang, karena Angin bertiup, atau Pohon tak memintanya untuk tinggal?”
……………………………………………………………………………………
--ANGIN--
Aku Eguchi Hiroya..
Ada disini, masuk kedalam kisah ini, karena aku
menyukai seorang gadis yang bisa kau sebut sebagai Daun.
Daun??
Ya, karena 3 tahun ini dia sangat bergantung pada
seorang pria yang bisa kau sebut sebagai Pohon. Jadi aku harus menjadi Angin
yang kuat. Kalian tau kenapa? Karena Angin akan meniup Daun terbang jauh.
Ketika aku pertama kalinya, ketika 1 bulan setelah
aku pindah sekolah. Aku melihat seorang memperhatikan kami bermain sepak bola.
Ketika itu, dia selalu duduk di sana sendirian atau dengan teman- temannya
memperhatikan si Pohon. Ketika Pohon berbicara dengan gadis- gadis, ada cemburu
di matanya.
Ketika Pohon melihat ke arah Daun, ada senyum di
matanya.
Hari merambat minggu, minggu merambat bulan, bulan
merambat tahun, dan tahun semakin bergulir. Memperhatikannya lama-lama menjadi
kebiasaanku sehari-hari, sama seperti dia yang suka melihat Pohon. Satu hari
saja ia tak tampak, aku merasakan kehilangan.
Inikah Cinta?
Suatu hari aku pergi ke kelas mereka, tak sengaja
melihat Pohon sedang memperhatikan Daun dari luar jendela. Air mata mengalir di
mata Daun ketika Pohon pergi. Besoknya, aku melihat Daun di tempatnya yang
biasa, memperhatikan Pohon. Aku melangkah dan tersenyum padanya. Menulis
catatan dan memberikan kepadanya. Dia sangat kaget.
Kalian tau catatan apa yang kuberikan padanya???
“Daun yang rapuh, Angin akan segera
menjemputmu. Angin akan segera menghempas rasa sakit dan kecewamu pada pohon..”
Dia melihat ke arahku, tersenyum dan menerima
catatanku. Besoknya, dia datang, menghampiriku dan memberiku catatan..
“Hati Daun
sangat kuat dan Angin tak akan bisa meniupnya pergi, hal itu karena Daun tak
pernah mau meninggalkan Pohon..”
Mulanya aku sempat menyerah, nyaris putus asa. Tapi
lama-lama ia mulai menerima kehadiranku. Mau kuajak ngobrol, mau menerima
telfonku, mau membalas SMSku. Mungkinkah ia mulai jenuh dengan Pohon yang
selalu tak pernah peduli dengan perasaannya??
Aku tahu orang yang dia cintai bukan aku, tapi aku
akan berusaha agar suatu hari dia menyukaiku. Selama hampir 2 tahun, aku telah
mengucapkan kata Cinta tak kurang dari 5 kali kepadanya tiap hari. Dan setiap
kali itu pula ia mengalihkan pembicaraan. Tapi aku tak menyerah, aku memutuskan
untuk berusaha memiliki ia dan berharap ia akan setuju menjadi pacarku.
Hingga suatu hari ia berkata lewat telfon,
“Eguchi
Hiroya, aku menengadahkan kepalaku..”
“Ah?” Aku
tak percaya apa yang aku dengar.
“Aku
menengadahkan kepalaku, mencoba menerima cintamu..” ulangnya.
Aku segera meletakkan gagang telpon, berpakaian dan
naik taxi ke tempatnya. Sampai, aku berlari hingga pintu rumahnya, menekan bel,
dia membuka pintu, dan aku memeluknya kuat- kuat. Bolehkah aku menyebut nama
Daun-ku ini sekarang??
Aizawa Tsuki..
Dalam pelukanku, samar kudengar ia berbisik,
“Hiro-san.. Daun
terbang, karena tiupan Angin, atau karena Pohon tak memintanya untuk tinggal?”
END.
By: Shella
Tidak ada komentar:
Posting Komentar