Tittle:
NEED ME??
Genre:
Straight
Author:
Shella
Rating:
family-romance-friendship-hurt-understanding-keliling sawah bareng
dekmus (?)
-------
“Aktifitasmu menumpuk..Segalanya dinomor
satukan, dan aku sendiri, pacarmu, entah di urutan keberapa..”
.
.
.
Rensha menghembuskan nafas
panjang.
Jemarinya mengetuk malas
gelas kaca yg ada di hadapannya.
Kemudian ia memajukan
bibirnya untuk meniup poni hitam yg mengganggu pandangannya itu.
Bosan eoh?
“Lama sekali..” Gumam Rensha berbisik.
Ah, gadis cantik itu sedang
menunggu kekasihnya hm?
Dan ini adalah kencan
ke..ke..mungkin ke 20 mereka?
Rensha dan Arga sudah lama
sekali berhubungan.
Mungkin sejak dua tahun yg
lalu.
Bukannya mereka tidak saling
mencintai.
Hanya saja, lelaki tampan
itu terlihat tidak acuh dengan kekasihnya.
Hahh.
Rensha menghembuskan
nafasnya lagi.
“Kenapa kau seperti ini, Arga Nugraha?”
Bisiknya lirih.
Matanya terasa panas.
Sepertinya ia akan menangis.
Menangis..
Gadis cantik itu selalu
melakukannya setiap kali mereka kencan.
Bukan alasan yg bisa
dikatakan sederhana.
Itu alasan yg kuat.
Kau tahu?
Arga tidak pernah bisa ada
disaat Renshanya butuh.
Arga tidak pernah bisa ada
disaat Renshanya rapuh.
Arga tidak pernah bisa ada
disaat Renshanya sedih.
Tapi Rensha selalu mencoba
untuk bersabar.
Meyakinkan dirinya sendiri
kalau Arga memang sangat sibuk setelah ia menjadi ketua OSIS di sekolah setahun
yg lalu.
Berbagai rapat dijalankan.
Bahkan mungkin bisa
dikatakan lelaki tampan itu lupa kalau ia memiliki kekasih.
Rensha mengangkat wajahnya.
Menatap jam dinding yg sudah
berbunyi tiga kali sejak tadi.
“Sudah lewat 6 jam..” Isak Rensha menyeka air
matanya.
Setidaknya ini rekor baru
untuknya ania?
-------
“The
number you was calling is not active, please try again----”
Sibuk.
Selalu seperti ini.
Tidakkah Arga ingin
mendatangi rumahnya dan mengatakan kalau ia menyesal sudah membuat Rensha
menunggu lagi di kencan ke 21 mereka?
Kemarin Rensha sudah
mengatakan pada Arga kalau ia akan menunggu lelaki tampan itu di atap sekolah.
Hei, kenapa harus di tempat
seperti itu?
Hmp.
Tentu saja.
Rensha ingin melihat, alasan
apa lagi yg kali ini akan diberikan Arga padanya.
Minggu lalu ketika Rensha
mendatangi Arga lelaki tampan itu bilang ia tidak bisa datang ke acara dinner
mereka karena restoran mahal itu terlalu jauh tempatnya.
Lagi pula ia sedang mengatur
strategi baru untuk anggota tim basketnya.
TEEETT TEEETT~
“Hiks..”
Rensha menutup wajahnya.
Hatinya terasa sakit.
Tenggorokannya tercekat.
Bibirnya kelu.
“Kenapa kau seperti ini?” Isaknya lirih.
Rensha membuang kotak bekal
yg ia siapkan untuk kekasihnya ke dalam tempat sampah.
Kemudian ia berteriak kesal
seraya membanting pintu atap.
Berjalan menuruni tangga dan
beranjak melalui koridor OSIS.
TAP.
Langkahnya berhenti tepat di
hadapan pintu ruang OSIS itu.
“Tidak, kita butuh satu orang lagi untuk
menjalankan proyek studio sekolah ini”
Ah, itu suara Arga.
Suara bassnya yg dalam.
Diam-diam Rensha tersenyum
manis.
Jujur saja, ia tidak lupa kalau
ia masih sangat mencintai kekasihnya yg satu ini sampai sekarang.
Walau Arga tidak pernah
menganggapnya ada.
TOK TOK TOK.
CKLEK.
“Ya?”
“Galih, bisa tolong panggilkan Arga?”
Lelaki tinggi itu mengangguk
pelan.
Ia berbalik ke belakang dan menatap
ketua OSIS itu.
“Arga, pacarmu datang!”
Terdengar suara decakan.
Jelas, Arga merasa
terganggu.
“Kenapa, Sha? Kau tidak tahu kalau aku sedang
rapat OSIS eoh?”
DEG.
Rensha merasa sakit.
Mata bulatnya menatap tidak
percaya kekasihnya yg berdiri di hadapannya.
Bergerak ragu mencoba
mengenali sosok asing yg ada disana.
Benarkah ini Arganya?
Benarkah ini lelaki tampan
yg dulunya selalu ramah padanya?
Selalu sayang padanya?
Selalu bersikap manis
padanya?
Oh gosh.
“Aku menunggumu di atap sampai jam makan
siang selesai, Arga..” Ujar Rensha pelan.
Arga mengerang kecil.
“Aku ada rapat, Sha”
“Kau tidak minta maaf?”
“Apa?”
“Kau tidak mau minta maaf karena sudah
membuatku menunggu selama satu jam disana? Apa kau tahu betapa panasnya
matahari siang ini, Ga?!”
“Rensha! Aku sedang ada rapat! Bisakah kita
bicarakan masalah ini nanti?”
Rensha tersenyum kecut.
Ia terkekeh lirih.
“Nanti? Nanti? Aku tidak tahu apakah kau bisa
menepati ‘nanti’ mu, Arga Nugraha Pratama”
“Apa maksudmu eoh?!”
“Tidak, tidak ada, sudah, lanjutkan saja
rapatmu, itu lebih penting dari pada aku kan?”
“Rensha!”
Rensha tidak menyahut.
Ia berbalik dan melangkahkan
kakinya.
Tangisnya kembali mengalir.
Ia terisak lirih seraya tersengguk.
Menyedihkan sekali
keadaannya bukan?
GREPP!
DEG.
Rensha tersentak kaget.
Mata besarnya membulat.
Menyadari seseorang
memeluknya dari belakang.
Mendekapnya dengan kedua
lengannya yg hangat.
“Maafkan aku..” Bisik Arga lembut.
“Hiks..”
“Aku janji, kali ini kita benar-benar akan
bicara, ya?”
“….”
“Aku akan datang ke rumahmu nanti sore”
“….”
“Berhentilah menangis, jangan lakukan itu, mengerti?
Aku mencintaimu”
Lelaki tampan itu melepas
pelukannya.
Ia hendak berbalik
meninggalkan Rensha.
Tapi beberapa detik kemudian
gerakannya sontak terhenti.
Ketika telinganya mendengar
suara merdu Rensha yg bergetar.
“Aktifitasmu menumpuk..Segalanya dinomor
satukan, dan aku sendiri, pacarmu, entah di urutan keberapa..”
DEG.
Mata tajam Arga membesar.
Ia segera menoleh ke
belakang.
Menatap Rensha yg sudah
berlari jauh meninggalkannya.
Hening.
Arga terdiam.
Ia bisa merasakan jantungnya
bergemuruh.
Apa maksud dari perkataan Renshanya
barusan?
“Arga? Sekarang giliranmu untuk berbicara”
“AH! Ya, Galih, tunggu sebentar”
“Cepat!”
-------
Karina Aprilia menatap datar
sahabat baiknya yg satu ini.
Ia mengernyitkan dahinya
bingung beberapa detik kemudian.
“Rensha”
“Hm?”
“Ini sudah jam istirahat”
“Terus?”
“Kau tidak menemui Arga? Biasanya kalian
makan bekal bersama”
Rensha meletakkan buku yg
hendak dimasukkannya ke dalam tas.
Ia menghembuskan nafasnya
pelan dan menoleh menatap wajah manis sahabatnya.
“Apa kau tahu? Selama ini aku selalu makan
sendirian di sana”
“A..Apa?”
“Hahh, kurasa sekarang statusku adalah
single”
“Rensha? Apa yg kau katakan?!”
Gadis cantik itu mengeluh.
Ia menyandarkan punggungnya
di kursi.
“Aku lelah..” Bisiknya pelan.
Karin terdiam.
“Aku lelah untuk terus menunggunya Karin..Aku
bukan robot..Aku bukan boneka..Aku..Aku kekasihnya..Hiks..”
“Rensha..”
“Ah, mian..Aku sedikit sensitif belakangan
ini”
Karin hanya tersenyum kecil.
Ia menepuk-nepuk bahu Rensha
dengan lembut.
Kau tidak sensitif, Rensha.
Arga memang selalu
menyakitimu sejak ia menjadi sibuk. Gumam Karin dalam hatinya.
-------
Rensha melirik ponselnya
setelah ia sampai ke rumah.
Ia merebahkan tubuhnya di
atas ranjang.
‘From: Arga~
Baby, apa yg terjadi?’
Ah, Rensha baru sadar ada
beberapa pesan yg masuk.
Ia tidak membawa ponselnya
ke sekolah tadi.
‘From: Arga
~
Kau marah padaku?’
PIK.
‘From: Arga~
Kenapa tidak kau balas?
Aku tahu aku mengecewakanmu, Sha, tapi bisakah kau tidak kekanakan
seperti ini?
Aku akan menghubungimu nanti, mengerti? Sekarang aku harus latihan
basket’
Rensha mengernyit.
Kekanakan?
Kekanakan ia bilang?!
“APA KAU TIDAK SADAR KALAU INI BUKAN TENTANG
SIFAT KEKANAKAN ARGA?! INI TENTANG PERASAAN! INI TENTANG KEHADIRAN!! KAU MENYEBALKAN!!”
Gadis cantik itu menendang
kakinya dengan kasar.
Ia memukul bantal bentuk
kepala beruang itu dengan emosi.
BRUKK~
Rensha kembali membanting
tubuhnya di atas ranjang.
Ia menghela nafas mencoba
mengatur emosinya.
PIK.
‘From: Arga~
Aku akan menunggumu besok, jam 4 sore dia café Bolero’
Heh.
Rensha menarik seringainya.
“Tumben sekali kau punya waktu, tapi sayang,
aku sudah muak dengan segala omong kosongmu Arga..”
GRT.
Rensha mencengkram erat
ponselnya.
“Aku ingin melihat sampai jam berapa kau akan
menungguku besok” Gumamnya pelan.
-------
Gadis cantik itu menggigit
bibir bawahnya gelisah.
Hei, ini sudah jam 9 malam.
Dan ia sama sekali tidak
datang ke café itu.
Apakah Arga masih
menunggunya disana?
“Mungkin saja” Bisik Rensha lirih.
Gadis cantik itu meraih
jaketnya dan segera berlari keluar.
Nafasnya menderu.
Tapi kakinya tetap
melangkah.
Berbagai bayang tentang Arga
melintas di pikirannya.
Malam ini dingin sekali.
Arga pasti kedinginan..
TAP!
“Hahh..Hahh…Arga?”
Rensha memutar pandangannya.
Café baru itu terlihat
remang.
Sepertinya sudah tutup.
Gadis cantik itu berlari ke
sekitar bangunan klasik itu.
Mencoba mencari sosok tampan
yg sangat dicintainya.
Tapi nihil.
Rensha tidak menemukan Arga
disana.
“Huks..Apa kau sudah pulang? Hatciiihh~!”
Gadis cantik itu menggosok
hidung tegasnya.
Ia merapatkan jaketnya
dengan erat.
Gosh, ini benar-benar
dingin!
Rensha meraih ponselnya.
Mencari nomor kekasihnya dan
mendialnya.
“Ya,
sayang?”
“Arga kau dimana? Aku di café---”
“Ah,
I’m sorry baby, aku lupa memberitahumu kalau aku harus latihan basket untuk
kejuaraan nanti, jadi aku tidak bisa datang. Tidak apa?”
“….”
“Rensha?
Tidak apa kan?”
“Kau tahu Arga Nugraha Pratama? Setiap orang
memiliki batas kesabaran mereka masing-masing”
KLIK!
“Hiks”
Rensha menyeka air matanya
yg mengalir.
Ia mengeratkan genggamannya
di ponsel ber-casing Pink itu.
Oh gosh.
Kenapa rasanya sangat
sakit??
Rensha menggigit bibir
bawahnya.
Mencoba mengalihkan
pikirannya dari lelaki tampan itu.
-------
Hari ini Karin mengernyitkan
dahinya.
Mata imutnya menatap kondisi
sahabat baiknya yg kurang sehat.
Sepertinya ia demam.
“Sha, kau baik-baik saja?”
Gadis cantik itu mengangguk.
Ia merapatkan tali masker
putih yg dipakainya.
Mata bulatnya terpejam.
Kulit wajahnya terlihat
memerah karena kepanasan.
“Kita ke ruang kesehatan, mau?”
Rensha tidak menyahut.
Ia hanya mendesah pendek.
“Ayo”
Karin segera meraih lengan Rensha.
Ya tuhan, panas sekali,
pikirnya.
Gadis manis itu menaruh
lengan Rensha di sisi bahunya.
Kemudian ia merengkuh gadis
cantik itu.
GREK!
Suara pintu kelas terbuka.
Memperlihatkan anggota OSIS
yg masuk ke dalam kelas mereka secara teratur.
“Hari ini ada pengunguman penting tentang
festival sekolah, ketua akan memberi arahan” Ujar Galih Ginanjar, wakil ketua
OSIS.
Suara langkah kaki
terdengar.
Tapi Karin tidak peduli.
Kesehatan sahabatnya lebih
penting dari ini semua.
Gadis manis itu menyeret
langkahnya.
Ia membawa tubuh Rensha yg
tidak berdaya.
“Kenapa kau bisa demam Rensha?” Bisik Karin
lirih.
TAP TAP TAP.
“Aku Arga Nugraha Pratama, dan sekarang
aku---”
BRUKK!!
“RENSHA!!”
Suara jeritan kaget Karin
terdengar nyaring.
Membuat seluruh anggota OSIS
menoleh ke belakang.
Mereka saling berlari
mendekati Rensha yg pingsan di lantai.
Arga membulatkan mata tajamnya.
Jantungnya kembali
bergemuruh.
Ia segera melesat menuju
kekasihnya.
[ “Aku
akan menunggumu besok, jam 4 sore dia café Bolero” ]
[ “Aku
menunggumu di atap sampai jam makan siang selesai, Arga..” ]
[ “Rapatmu
lebih penting dari pada aku kan?” ]
GREPP!
Arga segera merengkuh tubuh Rensha
yg terasa panas.
Menarik maskernya agar gadis
cantik itu bisa bernafas lebih leluasa.
Ketika ia akan menggendong
kekasihnya, ia tertegun.
Menatap tetesan bening yg
mengalir dari sudut mata bening yg terpejam itu.
[ “Aktifitasmu
menumpuk..Segalanya dinomor satukan, dan aku sendiri, pacarmu, entah di urutan
keberapa..” ]
-------
Ruang kesehatan berdinding
putih itu terlihat hening.
Semilir angin pagi
menyibakkan gorden jendela.
Membuat rambut cokelat lelaki
tampan yg sedang duduk di sisi ranjang itu bergoyang lembut.
Tapi Arga tidak peduli.
Satu-satunya yg ia pedulikan
saat ini adalah keadaan kekasihnya.
Lelaki tampan itu mengelus
pipi Rensha yg basah.
Suara nafas Rensha terdengar
jelas.
Keringat dingin mengalir di
pelipisnya.
[ “Semalam
Rensha kembali pukul 11 malam, apa kalian bertengkar?” ]
Arga memejamkan matanya.
Mencoba menahan emosinya yg
akan menyeruak sebentar lagi.
Well, Arga barusan menelepon
Mamanya Rensha dan menanyakan apa yg terjadi pada kekasihnya sampai ia bisa
sakit seperti ini.
Tapi nyatanya ia tidak
membutuhkan jawaban dari siapapun.
Karena jawaban yg ia cari
ada pada dirinya sendiri.
“Maaf” Bisik Arga bergumam.
Sungguh, ia merasa sangat
berdosa.
Kalimat Rensha waktu itu
terus menghantui dirinya.
Gadis cantik itu benar.
Ia melupakan kekasihnya
sendiri.
Bagaimana ia bisa melakukan
hal itu eoh?
“Hngh..”
Jantung Arga berdegup
kencang.
Ia menatap mata bulat yg
mulai terbuka itu.
“Sayang” Panggil Arga lembut.
Rensha terlihat bingung.
Ia mengernyitkan dahinya dan
terkekeh kecil.
“Sedang apa kau disini Arga? Anggota OSIS
sedang menunggumu..” Ujarnya lemah.
“Sha” Sahut Arga mencoba menghentikan.
“Aku tidak apa-apa, pergi saja, tidak apa,
aku akan tetap seperti biasa, duduk diam menunggumu..”
“Maaf”
“Pergilah, mereka yg terpenting bagimu bukan?
Bukankah biasanya juga seperti itu hmm?”
Arga meringis.
Ia menyentuh lembut dahi
kekasihnya.
Menyeka peluh yg ada disana
dengan saputangannya.
“Hentikan” Bisik Arga lirih.
Rensha tersenyum mengejek.
Ia merasa kepalanya
berdenyut pusing.
Matanya sakit.
Oh tidak, jangan biarkan ia
menangis lagi kali ini, Tuhan.
Tidak, tidak di hadapan lelaki
tampan itu.
Rensha menggeram kesal.
“AKU MEMBENCIMU!!” Teriak Rensha penuh emosi.
Ia memukul Arga yg berada di
hadapannya.
Pukulan-pukulan lemah itu
memperlihatkan bahwa gadis cantik ini sangat rapuh.
Membuat Arga merasakan
jantungnya mencelos.
Demi tuhan, ia tidak pernah
melihat Renshanya seperti ini.
“KAU JAHAT PADAKU!! KENAPA KITA TIDAK PUTUS
SAJA EOH?! JADI AKU BISA BERHENTI UNTUK TERUS MENUNGGUMU YG TIDAK AKAN PERNAH
PEDULI PADAKU!!”
“RENSHA ANGGARA!!”
Rensha tersentak kaget.
Mata bulatnya yg basah
tampak membesar.
Ia terdiam dan membiarkan
tangisnya semakin mengalir ketika lelaki tampan itu memeluk tubuhnya dengan
erat.
“Kau yg nomor satu..Kau berada di urutan
tertinggi bagiku, baby..Jangan bicara
seperti itu lagi ya?” Ujar Arga lembut.
“Hiks..”
“Maafkan aku..Aku..Aku sudah melakukan
kesalahan, dan aku berjanji tidak akan pernah mengulanginya lagi”
“Hiks..”
“Jangan menangis..”
Rensha menggigit bibir
bawahnya.
Ia melonggarkan pelukannya
dan menatap dalam mata lelaki tampan yg tajam itu.
“Kau bohong..Sudah terlalu sering aku
tenggelam dalam kebohonganmu..Omong kosong yg selalu kau janjikan
padaku..Hiks..Nyatanya kau tidak pernah ada disana, Arga..Tidak akan pernah
ada..” Ujar Rensha terisak.
Arga menelan salivanya.
Ia menggeleng.
“Tidak..Tidak untuk kali ini..Aku
bersumpah..” Sahutnya yakin.
Rensha hanya diam.
Ia tidak menyahut lagi.
Membiarkan jemari Arga
mengelus poni panjangnya dan mendekatkan wajah mereka.
Suara lenguhan manis
terdengar lembut.
Bibir mereka saling bertaut.
Rensha memejamkan matanya
dengan pelan.
Membuka kecil bibirnya
ketika Arga menggigitnya dengan sangat lembut.
Kemudian mereka saling
menjauh dan membuka mata masing-masing.
Wajah Rensha terlihat lebih
merah dari yg tadi.
“Aku mencintaimu..”
“Hiks..”
“Aku akan melepas jabatanku sebagai ketua
OSIS..”
“Arga..Hiks..”
“Aku akan meluangkan waktuku sesering mungkin
untukmu..”
“Ung..”
“Dan satu hal yg harus kau ingat sampai kapan
pun, bahwa segalanya mungkin terlihat nomor satu untukku di matamu, tapi di
mataku, hanya kau yg nomor satu, mengerti?”
Hmp.
Gadis cantik itu tersenyum
kecil.
Ia mengangguk pelan.
“Mengerti” Sahutnya bergumam.
Arga balas tersenyum.
Ia memeluk Rensha dengan
erat.
Sangat erat.
Seakan tidak ingin untuk
melepasnya lagi.
Rensha hanya diam seraya
memejamkan matanya.
Mencoba menghirup wangi mint
segar dari tubuh Arga.
Ia balas memeluk lelaki
tampan itu dan tersenyum manis.
Need me? Then I’m here.
Always here.
Beside you..
END.
By: Shella
Tidak ada komentar:
Posting Komentar