Movie

Migas Tiga Ipa 3 SMA 1 Lhokseumawe. Lets follow our Twitter @MIGASmansa :)

Sabtu, 06 Oktober 2012

//CERPEN: NEED ME??//


Tittle: NEED ME??
Genre: Straight
Author: Shella
Rating: family-romance-friendship-hurt-understanding-keliling sawah bareng dekmus (?)


-------


  “Aktifitasmu menumpuk..Segalanya dinomor satukan, dan aku sendiri, pacarmu, entah di urutan keberapa..”

.
.
.

Rensha menghembuskan nafas panjang.
Jemarinya mengetuk malas gelas kaca yg ada di hadapannya.
Kemudian ia memajukan bibirnya untuk meniup poni hitam yg mengganggu pandangannya itu.

Bosan eoh?

  “Lama sekali..” Gumam Rensha berbisik.

Ah, gadis cantik itu sedang menunggu kekasihnya hm?
Dan ini adalah kencan ke..ke..mungkin ke 20 mereka?

Rensha dan Arga sudah lama sekali berhubungan.
Mungkin sejak dua tahun yg lalu.
Bukannya mereka tidak saling mencintai.
Hanya saja, lelaki tampan itu terlihat tidak acuh dengan kekasihnya.

Hahh.
Rensha menghembuskan nafasnya lagi.

  “Kenapa kau seperti ini, Arga Nugraha?” Bisiknya lirih.

Matanya terasa panas.
Sepertinya ia akan menangis.

Menangis..
Gadis cantik itu selalu melakukannya setiap kali mereka kencan.
Bukan alasan yg bisa dikatakan sederhana.
Itu alasan yg kuat.
Kau tahu?

Arga tidak pernah bisa ada disaat Renshanya butuh.
Arga tidak pernah bisa ada disaat Renshanya rapuh.
Arga tidak pernah bisa ada disaat Renshanya sedih.

Tapi Rensha selalu mencoba untuk bersabar.
Meyakinkan dirinya sendiri kalau Arga memang sangat sibuk setelah ia menjadi ketua OSIS di sekolah setahun yg lalu.
Berbagai rapat dijalankan.
Bahkan mungkin bisa dikatakan lelaki tampan itu lupa kalau ia memiliki kekasih.

Rensha mengangkat wajahnya.
Menatap jam dinding yg sudah berbunyi tiga kali sejak tadi.

  “Sudah lewat 6 jam..” Isak Rensha menyeka air matanya.

Setidaknya ini rekor baru untuknya ania?


-------


  “The number you was calling is not active, please try again----

Sibuk.
Selalu seperti ini.

Tidakkah Arga ingin mendatangi rumahnya dan mengatakan kalau ia menyesal sudah membuat Rensha menunggu lagi di kencan ke 21 mereka?

Kemarin Rensha sudah mengatakan pada Arga kalau ia akan menunggu lelaki tampan itu di atap sekolah.
Hei, kenapa harus di tempat seperti itu?

Hmp.

Tentu saja.
Rensha ingin melihat, alasan apa lagi yg kali ini akan diberikan Arga padanya.
Minggu lalu ketika Rensha mendatangi Arga lelaki tampan itu bilang ia tidak bisa datang ke acara dinner mereka karena restoran mahal itu terlalu jauh tempatnya.
Lagi pula ia sedang mengatur strategi baru untuk anggota tim basketnya.


TEEETT TEEETT~


  “Hiks..”

Rensha menutup wajahnya.
Hatinya terasa sakit.
Tenggorokannya tercekat.
Bibirnya kelu.

  “Kenapa kau seperti ini?” Isaknya lirih.

Rensha membuang kotak bekal yg ia siapkan untuk kekasihnya ke dalam tempat sampah.
Kemudian ia berteriak kesal seraya membanting pintu atap.
Berjalan menuruni tangga dan beranjak melalui koridor OSIS.


TAP.


Langkahnya berhenti tepat di hadapan pintu ruang OSIS itu.

  “Tidak, kita butuh satu orang lagi untuk menjalankan proyek studio sekolah ini”

Ah, itu suara Arga.
Suara bassnya yg dalam.
Diam-diam Rensha tersenyum manis.
Jujur saja, ia tidak lupa kalau ia masih sangat mencintai kekasihnya yg satu ini sampai sekarang.
Walau Arga tidak pernah menganggapnya ada.


TOK TOK TOK.


CKLEK.


  “Ya?”

  “Galih, bisa tolong panggilkan Arga?”

Lelaki tinggi itu mengangguk pelan.
Ia berbalik ke belakang dan menatap ketua OSIS itu.

  “Arga, pacarmu datang!”

Terdengar suara decakan.
Jelas, Arga merasa terganggu.

  “Kenapa, Sha? Kau tidak tahu kalau aku sedang rapat OSIS eoh?”


DEG.


Rensha merasa sakit.
Mata bulatnya menatap tidak percaya kekasihnya yg berdiri di hadapannya.
Bergerak ragu mencoba mengenali sosok asing yg ada disana.
Benarkah ini Arganya?
Benarkah ini lelaki tampan yg dulunya selalu ramah padanya?
Selalu sayang padanya?
Selalu bersikap manis padanya?

Oh gosh.

  “Aku menunggumu di atap sampai jam makan siang selesai, Arga..” Ujar Rensha pelan.

Arga mengerang kecil.

  “Aku ada rapat, Sha”

  “Kau tidak minta maaf?”

  “Apa?”

  “Kau tidak mau minta maaf karena sudah membuatku menunggu selama satu jam disana? Apa kau tahu betapa panasnya matahari siang ini, Ga?!”

  “Rensha! Aku sedang ada rapat! Bisakah kita bicarakan masalah ini nanti?”
 
Rensha tersenyum kecut.
Ia terkekeh lirih.

  “Nanti? Nanti? Aku tidak tahu apakah kau bisa menepati ‘nanti’ mu, Arga Nugraha Pratama”

  “Apa maksudmu eoh?!”

  “Tidak, tidak ada, sudah, lanjutkan saja rapatmu, itu lebih penting dari pada aku kan?”

  “Rensha!”

Rensha tidak menyahut.
Ia berbalik dan melangkahkan kakinya.
Tangisnya kembali mengalir.
Ia terisak lirih seraya tersengguk.

Menyedihkan sekali keadaannya bukan?


GREPP!


DEG.


Rensha tersentak kaget.
Mata besarnya membulat.
Menyadari seseorang memeluknya dari belakang.
Mendekapnya dengan kedua lengannya yg hangat.

  “Maafkan aku..” Bisik Arga lembut.

  “Hiks..”

  “Aku janji, kali ini kita benar-benar akan bicara, ya?”

  “….”

  “Aku akan datang ke rumahmu nanti sore”

  “….”

  “Berhentilah menangis, jangan lakukan itu, mengerti? Aku mencintaimu”

Lelaki tampan itu melepas pelukannya.
Ia hendak berbalik meninggalkan Rensha.
Tapi beberapa detik kemudian gerakannya sontak terhenti.
Ketika telinganya mendengar suara merdu Rensha yg bergetar.

  “Aktifitasmu menumpuk..Segalanya dinomor satukan, dan aku sendiri, pacarmu, entah di urutan keberapa..”


DEG.


Mata tajam Arga membesar.
Ia segera menoleh ke belakang.
Menatap Rensha yg sudah berlari jauh meninggalkannya.

Hening.

Arga terdiam.
Ia bisa merasakan jantungnya bergemuruh.
Apa maksud dari perkataan Renshanya barusan?

  “Arga? Sekarang giliranmu untuk berbicara”

  “AH! Ya, Galih, tunggu sebentar”

  “Cepat!”


-------


Karina Aprilia menatap datar sahabat baiknya yg satu ini.
Ia mengernyitkan dahinya bingung beberapa detik kemudian.

  “Rensha”

  “Hm?”

  “Ini sudah jam istirahat”

  “Terus?”

  “Kau tidak menemui Arga? Biasanya kalian makan bekal bersama”

Rensha meletakkan buku yg hendak dimasukkannya ke dalam tas.
Ia menghembuskan nafasnya pelan dan menoleh menatap wajah manis sahabatnya.

  “Apa kau tahu? Selama ini aku selalu makan sendirian di sana”

  “A..Apa?”

  “Hahh, kurasa sekarang statusku adalah single”

  “Rensha? Apa yg kau katakan?!”

Gadis cantik itu mengeluh.
Ia menyandarkan punggungnya di kursi.

  “Aku lelah..” Bisiknya pelan.

Karin terdiam.

  “Aku lelah untuk terus menunggunya Karin..Aku bukan robot..Aku bukan boneka..Aku..Aku kekasihnya..Hiks..”

  “Rensha..”

  “Ah, mian..Aku sedikit sensitif belakangan ini”

Karin hanya tersenyum kecil.
Ia menepuk-nepuk bahu Rensha dengan lembut.

Kau tidak sensitif, Rensha.
Arga memang selalu menyakitimu sejak ia menjadi sibuk. Gumam Karin dalam hatinya.


-------


Rensha melirik ponselnya setelah ia sampai ke rumah.
Ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang.

  ‘From: Arga~

Baby, apa yg terjadi?

Ah, Rensha baru sadar ada beberapa pesan yg masuk.
Ia tidak membawa ponselnya ke sekolah tadi.

  ‘From: Arga ~

Kau marah padaku?


PIK.


  ‘From: Arga~

Kenapa tidak kau balas?
Aku tahu aku mengecewakanmu, Sha, tapi bisakah kau tidak kekanakan seperti ini?
Aku akan menghubungimu nanti, mengerti? Sekarang aku harus latihan basket

Rensha mengernyit.
Kekanakan?

Kekanakan ia bilang?!

  “APA KAU TIDAK SADAR KALAU INI BUKAN TENTANG SIFAT KEKANAKAN ARGA?! INI TENTANG PERASAAN! INI TENTANG KEHADIRAN!! KAU MENYEBALKAN!!”

Gadis cantik itu menendang kakinya dengan kasar.
Ia memukul bantal bentuk kepala beruang itu dengan emosi.


BRUKK~


Rensha kembali membanting tubuhnya di atas ranjang.
Ia menghela nafas mencoba mengatur emosinya.


PIK.


  ‘From: Arga~

Aku akan menunggumu besok, jam 4 sore dia café Bolero

Heh.
Rensha menarik seringainya.

  “Tumben sekali kau punya waktu, tapi sayang, aku sudah muak dengan segala omong kosongmu Arga..”


GRT.


Rensha mencengkram erat ponselnya.

  “Aku ingin melihat sampai jam berapa kau akan menungguku besok” Gumamnya pelan.


-------


Gadis cantik itu menggigit bibir bawahnya gelisah.
Hei, ini sudah jam 9 malam.
Dan ia sama sekali tidak datang ke café itu.
Apakah Arga masih menunggunya disana?

  “Mungkin saja” Bisik Rensha lirih.

Gadis cantik itu meraih jaketnya dan segera berlari keluar.
Nafasnya menderu.
Tapi kakinya tetap melangkah.

Berbagai bayang tentang Arga melintas di pikirannya.
Malam ini dingin sekali.

Arga pasti kedinginan..


TAP!

 
  “Hahh..Hahh…Arga?”

Rensha memutar pandangannya.
Café baru itu terlihat remang.
Sepertinya sudah tutup.

Gadis cantik itu berlari ke sekitar bangunan klasik itu.
Mencoba mencari sosok tampan yg sangat dicintainya.

Tapi nihil.
Rensha tidak menemukan Arga disana.

  “Huks..Apa kau sudah pulang? Hatciiihh~!”

Gadis cantik itu menggosok hidung tegasnya.
Ia merapatkan jaketnya dengan erat.
Gosh, ini benar-benar dingin!

Rensha meraih ponselnya.
Mencari nomor kekasihnya dan mendialnya.

  “Ya, sayang?

  “Arga kau dimana? Aku di café---”

  “Ah, I’m sorry baby, aku lupa memberitahumu kalau aku harus latihan basket untuk kejuaraan nanti, jadi aku tidak bisa datang. Tidak apa?

  “….”

  “Rensha? Tidak apa kan?

  “Kau tahu Arga Nugraha Pratama? Setiap orang memiliki batas kesabaran mereka masing-masing”


KLIK!


  “Hiks”

Rensha menyeka air matanya yg mengalir.
Ia mengeratkan genggamannya di ponsel ber-casing Pink itu.
Oh gosh.
Kenapa rasanya sangat sakit??

Rensha menggigit bibir bawahnya.
Mencoba mengalihkan pikirannya dari lelaki tampan itu.


-------


Hari ini Karin mengernyitkan dahinya.
Mata imutnya menatap kondisi sahabat baiknya yg kurang sehat.
Sepertinya ia demam.

  “Sha, kau baik-baik saja?”

Gadis cantik itu mengangguk.
Ia merapatkan tali masker putih yg dipakainya.
Mata bulatnya terpejam.
Kulit wajahnya terlihat memerah karena kepanasan.

  “Kita ke ruang kesehatan, mau?”

Rensha tidak menyahut.
Ia hanya mendesah pendek.

  “Ayo”

Karin segera meraih lengan Rensha.
Ya tuhan, panas sekali, pikirnya.
Gadis manis itu menaruh lengan Rensha di sisi bahunya.
Kemudian ia merengkuh gadis cantik itu.


GREK!


Suara pintu kelas terbuka.
Memperlihatkan anggota OSIS yg masuk ke dalam kelas mereka secara teratur.

  “Hari ini ada pengunguman penting tentang festival sekolah, ketua akan memberi arahan” Ujar Galih Ginanjar, wakil ketua OSIS.

Suara langkah kaki terdengar.
Tapi Karin tidak peduli.
Kesehatan sahabatnya lebih penting dari ini semua.

Gadis manis itu menyeret langkahnya.
Ia membawa tubuh Rensha yg tidak berdaya.

  “Kenapa kau bisa demam Rensha?” Bisik Karin lirih.


TAP TAP TAP.


  “Aku Arga Nugraha Pratama, dan sekarang aku---”


BRUKK!!


  “RENSHA!!”

Suara jeritan kaget Karin terdengar nyaring.
Membuat seluruh anggota OSIS menoleh ke belakang.
Mereka saling berlari mendekati Rensha yg pingsan di lantai.
Arga membulatkan mata tajamnya.
Jantungnya kembali bergemuruh.

Ia segera melesat menuju kekasihnya.

  [ “Aku akan menunggumu besok, jam 4 sore dia café Bolero” ]

  [ “Aku menunggumu di atap sampai jam makan siang selesai, Arga..” ]

  [ “Rapatmu lebih penting dari pada aku kan?” ]


GREPP!


Arga segera merengkuh tubuh Rensha yg terasa panas.
Menarik maskernya agar gadis cantik itu bisa bernafas lebih leluasa.
Ketika ia akan menggendong kekasihnya, ia tertegun.
Menatap tetesan bening yg mengalir dari sudut mata bening yg terpejam itu.

  [ “Aktifitasmu menumpuk..Segalanya dinomor satukan, dan aku sendiri, pacarmu, entah di urutan keberapa..” ]


-------


Ruang kesehatan berdinding putih itu terlihat hening.
Semilir angin pagi menyibakkan gorden jendela.
Membuat rambut cokelat lelaki tampan yg sedang duduk di sisi ranjang itu bergoyang lembut.

Tapi Arga tidak peduli.
Satu-satunya yg ia pedulikan saat ini adalah keadaan kekasihnya.

Lelaki tampan itu mengelus pipi Rensha yg basah.
Suara nafas Rensha terdengar jelas.
Keringat dingin mengalir di pelipisnya.

  [ “Semalam Rensha kembali pukul 11 malam, apa kalian bertengkar?” ]

Arga memejamkan matanya.
Mencoba menahan emosinya yg akan menyeruak sebentar lagi.
Well, Arga barusan menelepon Mamanya Rensha dan menanyakan apa yg terjadi pada kekasihnya sampai ia bisa sakit seperti ini.

Tapi nyatanya ia tidak membutuhkan jawaban dari siapapun.
Karena jawaban yg ia cari ada pada dirinya sendiri.

  “Maaf” Bisik Arga bergumam.

Sungguh, ia merasa sangat berdosa.

Kalimat Rensha waktu itu terus menghantui dirinya.
Gadis cantik itu benar.
Ia melupakan kekasihnya sendiri.
Bagaimana ia bisa melakukan hal itu eoh?

  “Hngh..”

Jantung Arga berdegup kencang.
Ia menatap mata bulat yg mulai terbuka itu.

  “Sayang” Panggil Arga lembut.

Rensha terlihat bingung.
Ia mengernyitkan dahinya dan terkekeh kecil.

  “Sedang apa kau disini Arga? Anggota OSIS sedang menunggumu..” Ujarnya lemah.

  “Sha” Sahut Arga mencoba menghentikan.

  “Aku tidak apa-apa, pergi saja, tidak apa, aku akan tetap seperti biasa, duduk diam menunggumu..”

  “Maaf”

  “Pergilah, mereka yg terpenting bagimu bukan? Bukankah biasanya juga seperti itu hmm?”

Arga meringis.
Ia menyentuh lembut dahi kekasihnya.
Menyeka peluh yg ada disana dengan saputangannya.

  “Hentikan” Bisik Arga lirih.

Rensha tersenyum mengejek.
Ia merasa kepalanya berdenyut pusing.
Matanya sakit.
Oh tidak, jangan biarkan ia menangis lagi kali ini, Tuhan.
Tidak, tidak di hadapan lelaki tampan itu.
Rensha menggeram kesal.

  “AKU MEMBENCIMU!!” Teriak Rensha penuh emosi.

Ia memukul Arga yg berada di hadapannya.
Pukulan-pukulan lemah itu memperlihatkan bahwa gadis cantik ini sangat rapuh.
Membuat Arga merasakan jantungnya mencelos.
Demi tuhan, ia tidak pernah melihat Renshanya seperti ini.

  “KAU JAHAT PADAKU!! KENAPA KITA TIDAK PUTUS SAJA EOH?! JADI AKU BISA BERHENTI UNTUK TERUS MENUNGGUMU YG TIDAK AKAN PERNAH PEDULI PADAKU!!”

  “RENSHA ANGGARA!!”

Rensha tersentak kaget.
Mata bulatnya yg basah tampak membesar.
Ia terdiam dan membiarkan tangisnya semakin mengalir ketika lelaki tampan itu memeluk tubuhnya dengan erat.

  “Kau yg nomor satu..Kau berada di urutan tertinggi bagiku, baby..Jangan bicara seperti itu lagi ya?” Ujar Arga lembut.

  “Hiks..”

  “Maafkan aku..Aku..Aku sudah melakukan kesalahan, dan aku berjanji tidak akan pernah mengulanginya lagi”

  “Hiks..”

  “Jangan menangis..”

Rensha menggigit bibir bawahnya.
Ia melonggarkan pelukannya dan menatap dalam mata lelaki tampan yg tajam itu.

  “Kau bohong..Sudah terlalu sering aku tenggelam dalam kebohonganmu..Omong kosong yg selalu kau janjikan padaku..Hiks..Nyatanya kau tidak pernah ada disana, Arga..Tidak akan pernah ada..” Ujar Rensha terisak.

Arga menelan salivanya.
Ia menggeleng.

  “Tidak..Tidak untuk kali ini..Aku bersumpah..” Sahutnya yakin.

Rensha hanya diam.
Ia tidak menyahut lagi.
Membiarkan jemari Arga mengelus poni panjangnya dan mendekatkan wajah mereka.

Suara lenguhan manis terdengar lembut.
Bibir mereka saling bertaut.
Rensha memejamkan matanya dengan pelan.
Membuka kecil bibirnya ketika Arga menggigitnya dengan sangat lembut.
Kemudian mereka saling menjauh dan membuka mata masing-masing.

Wajah Rensha terlihat lebih merah dari yg tadi.

  “Aku mencintaimu..”

  “Hiks..”

  “Aku akan melepas jabatanku sebagai ketua OSIS..”

  “Arga..Hiks..”

  “Aku akan meluangkan waktuku sesering mungkin untukmu..”

  “Ung..”

  “Dan satu hal yg harus kau ingat sampai kapan pun, bahwa segalanya mungkin terlihat nomor satu untukku di matamu, tapi di mataku, hanya kau yg nomor satu, mengerti?”

Hmp.

Gadis cantik itu tersenyum kecil.
Ia mengangguk pelan.

  “Mengerti” Sahutnya bergumam.

Arga balas tersenyum.
Ia memeluk Rensha dengan erat.
Sangat erat.
Seakan tidak ingin untuk melepasnya lagi.

Rensha hanya diam seraya memejamkan matanya.
Mencoba menghirup wangi mint segar dari tubuh Arga.

Ia balas memeluk lelaki tampan itu dan tersenyum manis.

Need me? Then I’m here.
Always here.
Beside you..


END.

By: Shella

Tidak ada komentar:

Posting Komentar