-Fachra Nur Arifa-
ini sambungan yang terakhir, hehe. selamat menikmati guys.
Alex menjemput
Blair tepat waktu. Dengan mata yang masih sedikit mengantuk, Blair masuk ke
mobil Alex. “Kenapa naik mobil? Katanya mau jogging?” kata Blair. “Rumah kamu
jauh dari rumahku, ngga mungkin kan aku lari untuk menjemputmu?” kata Alex.
Blair hanya diam dan benar juga pikirnya dalam hati. Sampai di tujuan dan Blair
bingung, tempat apa ini? Kenapa jogging di tempat seperti ini? Pikirnya dalam
hati. Alex memulai pembicaraan di kursi taman itu dengan suasana sunyi senyap.
Satu dua titik embun masih menempel di daun hijau. Suasana tenang dan damai “Aku
ingin membicarakan sesuatu” kata Alex. Blair merasa canggung dengan suasananya.
“Aku mencintaimu Blush” kata Alex dengan suara bergetar. Blair mengerutkan
dahinya “Blush?” tanya Blair bingung. Alex buru-buru meralat ucapannya “Aku
mencintaimu Blair”. Blair diam, dia memang suka Alex tapi dia bingung, kenapa
dia dipanggil Blush? Siapa Blush? Aku Blair. Akhirnya Blair membuka mulut “Aku
juga..” belum sempat Blair menjawab, Alex langsung memeluk Blair.
Clark mendekati
Blair. “Hai” sapa Clark “Kamu ada apa dengan Alex? Aku lihat akhir-akhir ini
diantarin terus. Kamu pacaran dengannya?” Blair hanya tersenyum. Clark memulai
pembicaraan “Ada sesuatu yang harus kukatakan padamu Blair, tapi kau harus
janji untuk tidak terkejut”. “Apa? Katakan saja” kata Blair. “Aku, Alex dan
Blush adalah sahabat karib. Sejak Blush meninggal, Alex benar-benar terpukul
karena dia tidak tahu penyakit yang diderita Blush. Alex dan Blush sempat
berpacaran dan Blush memutuskan Alex saat penyakit yang dideritanya semakin
parah. Alex marah karena Blush tidak memberitahukan kesalahannya. Saat Blush
meninggal, Alex malas berbicara, dia tidak suka bergaul. Dia benci semua orang
yang mendekatinya. Kau pernah ke rumah Alex? Orangtuanya tak pernah peduli
dengan Alex, Alex selalu sendirian dan tak pernah mendapat kasih sayang dari
orang tuanya. Dia selalu dikirimkan uang oleh ayah dan ibunya, orangtuanya
begitu sibuk di luar negeri, sampai hanya dapat melihat anaknya enam bulan
sekali dan kembali lagi pada kerjaannya. Alex tidak suka pembantu atau siapapun
itu, dia suka kesendirian. Dan Blush selalu menemani Alex, mengerti Alex dan
mereka sama-sama jatuh cinta dan berpacaran cukup lama. Jadi..” Blair diam,
daritadi dia hanya menahan nafas mendengar cerita Clark. Blair tidak
mengungkapkan dengan kata-kata, tapi Clark tahu Blair ingin ceritanya
dilanjutkan. “Aku melihat kalian cukup akrab, tapi satu yang aku lihat, saat
Alex melihatmu, aku tahu yang Alex pikirkan ialah Blush. Tatapan Alex selalu
berbeda-beda pada semua orang dan tatapan Alex itu persis seperti tatapan Alex
yang dulu pada Blush. Aku takut kau hanya pelampiasan Alex, aku takut karena
hanya karena kau menyanyikan lagu yang persis sama dengan yang Blush nyanyikan,
dia menganggapmu sebagai Blush. Hanya itu Blair, aku harap kau memikirkannya”
kata Clark dan pergi meninggalkan Blair sambil menepuk-nepuk bahu Blair untuk
memberinya waktu berpikir.
Blair duduk sambil
menatap kosong ke satu arah, dia merasa hatinya tersayat. Perih, dadanya terasa
sesak, dia menyesal, dia merasa seperti orang bodoh yang salah arah. Satu dua
tetes air mata jatuh dari matanya, Blair terus menangis dalam kesedihan. Dia
ingin mengulang waktu, tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa. Dia lelah dan
ingin istirahat. Hanya itu, hanya itu yang mungkin dapat membuatnya lega.
Blair sampai di
rumah, dan dia merasa bosan. Dia tidak ingin mengingat apa yang terjadi, dia
ingin melupakan semuanya. Dia keluar dengan mobilnya tanpa supir dan dia
berhenti di tempat tenang untuk menjernihkan pikirannya. Satu dua titik hujan
turun dan menjadi jutaan titik hujan seakan ingin menemani Blair menangis.
Blair mengendarai mobilnya, hari sudah begitu gelap. Tatapannya kosong kedepan,
kabut tebal menghalangi jalan. Dia terkejut melihat mobil yang tepat berada di
depannya. Berusaha mengelak, Blair memutar setir dengan keras hingga jatuh
kedalam pelosok hutan dan berhenti menabrak pohon besar.
Blair koma,
orangtuanya cuti kerja untuk menemaninya di rumah sakit. Masih belum sadar.
Alex diam, dia tak ingin banyak ngomong. Dia hanya diam dan diam.
Setelah beberapa
minggu koma, akhirnya Blair sadar, orangtuanya begitu senang mendengar kabar
baik itu. Alex segera ke rumah sakit begitu mendengar kabar itu. “Kau sadar?”
kata Alex “Ya” jawab Blair singkat. Alex memeluk Blair dengan hati lega dan
senang. Blair belum bisa dibawa pulang dan masih menjalani perawatan di rumah
sakit. Alex selalu mengunjungi Blair sekadar untuk melihatnya dan melepas rasa rindunya.
“Alex, kamu ke rumah sakit hari ini?” kata Blair di telepon. “Ya, setelah kelas
habis” “Baiklah, jangan lupa bawa gitarmu ya lex” kata Blair sambil menutup
telepon. Alex tidak terlalu mempedulikan alasan Blair dan membawa gitar ke
rumah sakit.
“Mainkan lagu yang
kita nyanyikan saat Pentas Seni” kata Blair. Alex menurut, mereka bernyanyi
bersama dan Alex senang.” Kenapa kau tak pernah mengatakan bahwa kau
mencintaiku? Aku ingin mendengarnya” kata alex. Tapi Blair mengeluarkan air
matanya, dia menutup wajahnya sambil menangis tersedu-sedu, tak tahu apa yang
harus dilakukannya. Alex memeluknya dengan erat.
Dokter berkata pada
orangtua Blair bahwa lambung yang ada di perut Blair bisa saja mendadak koyak,
karena menjahit lambung yang terluka lebar tidak sesempurna lambung yang sebenarnya.
Kita tahu sebelumnya Blair mengidap penyakit maag, itu membuat lambungnya
terluka seperti irisan pisau. Karena perut terbentur dengan keras, lambung
Blair semakin parah dari dalam. Dia bisa meninggal kapan saja, hanya keajaiban
yang membuatnya dapat bertahan. Dia sadar dari koma saja suatu keajaiban, saat
kecelakaan perutnya mebentur setir dengan keras dan menghasilkan efek dari
dalam. Untung langsung ada penyelamat yang segera membawanya ke rumah sakit.
Dokter hanya mengingatkan untuk tidak terlalu senang melihat sadarnya Blair.
Dan apa yang
terjadi? Blair menutup matanya untuk selamanya. Sesuai dengan yang dikatakan
dokter, lambung pada perutnya koyak dan Blair meninggal dunia. Alex terpaku di
tempat ia berdiri, ia merasa melayang dan merasa gaya gravitasi telah hilang.
Dia ingin mati, dia benci semua keadaan ini. Clark menepuk bahu Alex dengan air
mata yang keluar tanpa suara begitu juga dengan orangtua Blair yang menangis
tanpa suara.
Alex kembali
seperti dulu, dia merasa takdirnya memang begini. Saat dia ingin melupakan
orang itu, Blair juga pergi meninggalkannya. Clark datang “Alex, sebelum Blair
meninggal, dia menitipkan surat ini padaku dan dia ingin kau membacanya. Kau
harus tabah, jangan berubah lagi. Aku menyukaimu yang dulu Alex” Clark pergi
meninggalkan Alex dan hanya meletakkan surat itu diatas meja belajar Alex. Alex
melihat surat itu dan membukanya dengan tangan yang bergetar.
Alex, kuharap kau membaca surat ini. Aku mencintaimu
Alex, aku begitu mencintaimu. Kau tahu kenapa aku tak ingin mengungkapkan
perasaanku? Sama seperti Blush, aku tak ingin kau berharap padaku. Aku tak
ingin kau berubah seperti saat Blush meninggalkanmu. Aku tahu hidupku tak lama,
karena dokter mengatakan aku bisa meninggal kapan saja. Terus hidup, aku mencintaimu
walaupun aku pergi ke dunia lain begitu juga dengan Blush. Aku mencintaimu
karena senyummu, setiap melihat senyum tulus itu mengembang, rasanya jantungku
ingin keluar. Teruslah hidup seperti biasanya, kau harus bergaul. Kau harus
berteman dengan Clark, kau tak boleh menjauhi Clark karena kau meningat Blush.
Aku tahu kau menganggapku Blush karena aku menyanyikan lagu yang persis sama
dengan yang dinyanyikan Blush. Awalnya aku sedih, tapi aku tak bisa
menyingkirkan perasaan sukaku padamu. Aku tak bisa membencimu, aku tetap
mencintaimu dalam hatiku. Kau harus ingat itu, aku selalu mencintaimu Alex.
Mungkin kau mencintai Blush dan tidak mencintai Blair. Tapi kau harus tahu
bahwa Blair mencintai Alex.
Alex memijat-mijat pelipisnya, air mata terus jatuh
membasahi kertas. Dia berpikir andai aku bisa mengulang waktu, aku ingin
mencintai Blair sepenuh hatiku, aku tahu aku menganggapnya Blush. Tapi aku
menyesal, aku benar-benar menyesal. Dada Alex terasa sakit, rasanya dia ingin
menusuk dirinya sendiri. Dia memikirkan betapa jahatnya dia pada Blair yang
mencintainya dengan tulus. Ia ingin menjaga Blair agar tetap hangat dihatinya
dan tersimpan rapat jauh di lubuk hati yang paling dalam. Andai waktu bisa
kuputar. Andai waktu bisa kuputar. Andai waktu bisa kuputar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar