ini sambungannya, ntar ada sambungannya yg ketiga. selamat menikmati guys.
Alex sampai sedikit
terlambat karena susah cari parkir. Akhirnya dia sampai juga kata Clark dalam
hati. Clark naik panggung dengan sedikit memberi sambutan selamat datang dan terimakasih.
Tiba-tiba Blair datang dengan kostum yang sederhana, tak glamour tapi tetap
terlihat cantik dan sedikit terlambat setelah Alex. Blair berdiri disamping
Alex, dan mereka berdua tidak menyadari bahwa mereka bersampingan. Tiba-tiba
Clark menyebut nama Alex dan memintanya menyumbangkan satu lagu untuk
memeriahkan ulangtahun Clark dan dia jalan menuju panggung. Blair sedikit
terkejut, bahwa alex yang dipanggil berada di sampingnya. Saat dia melihat dan
dia baru menyadari bahwa itu adalah pria tidur di kelas kemarin dan dia baru
tahu namanya Alex. Alex mulai memainkan piano, jari-jarinya menari-nari diatas
tuts piano. Blair takjub mendengar suara dan kemampuan Alex yang luar biasa.
Semua bertepuk tangan meriah. Setelah Alex kembali, tiba-tiba Clark meminta
Blair untuk menyumbangkan satu lagu. Semua mata di pesta tertuju pada Blair
yang masih bengong karena dia masih belum menyadari bahwa dia masih di dunia
karena sentuhan suara Alex yang membuatnya takjub. Akhirnya dia naik panggung
dan mulai menyanyi. Suara Blair yang lembut membuat Alex kembali pada 2 tahun
yang lalu, orang yang disayanginya yang telah pergi juga pernah menyanyikan
lagu yang persis sama dengan orang ini. Siapa orang ini? Kenapa suaranya begitu
bagus dan membuat aku mengingat dia lagi? Kata Alex dalam hati. Dari awal
hingga akhir, Alex hanya terdiam terpaku dengan kaku ditempat dia berdiri.
Blair disambut tepukan yang begitu meriah, tapi Alex hanya diam dan merasa
matanya panas ingin menangis mengingat sosok seseorang yang dulu selalu
menemaninya. Alex pergi begitu saja tanpa pamit pada Clark, dan Clark melihat
Alex yang pergi begitu saja. Clark tahu lagu tadi membuat Alex mengingat dia
yang pergi, karena didepan Clark dulu, dia dan Alex pernah berkolaborasi
menyanyikan lagu yang sama persis dengan yang dinyanyikan Blair.
Setiap Alex melihat
Blair, dia mengingat kembali dia yang telah pergi. Blair bingung karena setiap
dia berada didekat Alex, dia tahu Alex menjauhinya. Dengan keberanian dan
mental yang sudah disiapkannya jauh hari, Blair bicara dengan Alex. “Nama kamu
Alex kan?” yang ditanya hanya diam dan menoleh ke samping. Dengan suara
bergetar Alex hanya bilang “Iya”. Blair bilang “Suara kamu bagus banget loh
kemarin di ulangtahun Clark. Aku sampai takjub lihat kamu memainkan piano
dengan sangat lihai”. Alex tersenyum kaku sambil bilang “Makasih” “Kamu memang
suka musik ya?” kata Blair “Iya” kata Alex. Dalam hati Blair sedikit malu
karena daritadi yang memulai pembicaraan hanya dia, dan itu memalukan baginya.
Alex masih dengan pikirannya sendiri, dia takut setiap melihat gadis yang
berada di sebelahnya ini. Tapi Alex memberanikan diri dan memulai pembicaraan
“Kamu suka nyanyi juga? Suara kamu juga bagus” “Ohya? Sebenarnya aku cuma hobby
dan suka. Aku ngga les, cuma nyanyi biasa seperti yang lainnya” kata Blair.
Alex tersenyum sedikit lama kali ini, mereka bicara panjang lebar mengenai
musik. Blair senang bicara dengan Alex, walupun Alex hanya memberi tanggapan
“Iya” “Oh” tapi mereka merasa cocok karena sama-sama suka musik. Alex mulai
merasa hidup kembali merasa banyak bicara lagi seperti dulu. Setelah sekian
lama dia tidak ingin berbicara dan hanya dirumah dan tidak peduli sekitarnya.
Selama beberapa
hari ini Alex senang berbicara dengan Blair, begitu juga dengan Blair.
Universitas mengadakan pentas seni dan semua anak yang memilih bidang musik
wajib tampil di panggung. Alex melihat Blair yang tampak sedang berpikir, dia
mendekati Blair “Hai” kata Alex. Blair hanya tersenyum. ”Kenapa?” kata Alex. “Aku
lagi memikirkan apa yang harus aku tampilkan di pentas seni nanti, apa kamu
sudah mempersiapkannya?” kata Blair. “Hm, belum” “Gimana kalo kita berkolaborasi,
aku tahu kamu pinter piano dan aku juga suka piano. Aku suka gitar, kamu juga
suka gitar kan?” “Ya, aku suka semua alat musik” “Gimana kalo kita nyanyi duet
bersama, tak ada salahnya kan?” Alex takut, takut sekali, takut mengambil
keputusan, sangat takut. Tanpa berpikir alex menjawab “Baiklah” dan kata
singkat itu dibalas senyum mekar oleh Blair. Alex sadar dia telah salah
mengambil langkah. Apa yang harus aku lakukan? dalam hati Alex.
Tinggal beberapa
minggu sampai Pentas Seni tiba, selama beberapa hari itu Alex dan Blair
berlatih di rumah Alex. Blair takjub melihat dekorasi ruang musik Alex. Satu
yang tak ingin ditanyakan Blair, mengapa rumah ini begitu sepi? Rumahku juga
sepi, tapi ada Mbok, Mas Tukang Kebun dan Supirku yang menemaniku di rumah saat
orangtuaku sibuk bekerja. Tapi rumah ini tak ada siapa-siapa, tapi Blair yakin
Alex punya alasan yang kuat mengapa keadaan rumahnya seperti itu dan Blair
tidak ingin cari tahu. “Kita latihan apa lagi?” kata Alex. “Lagu uda dapat,
lirik uda dihafal dan nadanya juga uda tepat. Kamu main gitar, aku main piano.
Sip, apa lagi ya? Hm, bagaimana kalo gerakan? Biasanya kalo duet nyanyi ada
saat mereka saling bertatapan dan menceritakan lirik lewat gerakan” kata Blair.
“Terserah, tapi disini kita berdua sama-sama main musik” kata Alex. “Kita bisa
menyisipkan atau menambahkan gerakan pada akhir lagu tanpa musik. Bagaimana
menurutmu?” kata Blair. “Boleh” jawab Alex singkat. Selama Blair menyanyi
disamping Alex, dia benar-benar menyukai gadis ini. Dengan wajah yang cantik
dan polos juga suara yang penuh arti. Tangan Alex terangkat dan memegang tangan
Blair. Sedikit terkejut melihat tangannya yang digenggam Alex. Karena tahu ini
bagian Alex menyanyi, Alex tidak melihat Blair dan minta izin untuk memegang
tangan Blair dan terus menyanyi. Blair menunduk dengan muka merah dan tak
berkomentar apa-apa.
Latihan selesai dan
Blair merasa lelah, Alex melihat Blair sedang menutup matanya dan menyandarkan
kepalanya di kursi. Tiba-tiba mata Blair terbuka dan otomatis Alex salah
tingkah sambil berdeham beberapa kali dan Blair tak tahu daritadi Alex hanya
melihatnya. Alex mulai membuka pembicaraan “Kamu laper?” “Iyaa” kata Blair. “Sebelum
pulang, kita makan di luar dulu. Mau kan?” kata Alex. “Boleh banget, aku
beneran laper” kata Blair. Alex tersenyum sambil menarik lengan Blair dan Blair
terkejut karena Alex begitu akrab dengannya. Degupan jantungnya sedikit
terdengar melihat senyum Alex. Apa yang ku pikirkan? Dalam hati Blair.
Blair suka makanan
italia, Alex membawanya ke restoran Italia. Setelah memesan, Alex memulai
pembicaraan “Sejak kapan kamu suka nyanyi dan belajar musik?” “Hm, aku tak tahu
tepatnya kapan, yang jelas dari dulu aku suka menyanyi dan musik” kata Blair. “Aku
juga” kata Alex sambil tersenyum. Blair mendengar degupan jantungnya sendiri
yang begitu keras, Alex tak pernah tersenyum padanya selama dan semanis itu,
dalam hati Blair. Pesanan datang, mereka hanya makan tanpa kata atau kalimat
yang terucap. Mereka pulang dan di mobil Alex hanya diam, Blair juga diam. “Kau
tahu rumahku?” tanya Blair. “Tidak, baru saja aku ingin menanyakannya” kata
Alex. Setelah memberitahukan alamat rumahnya, Blair diam lagi. Blair sampai
dirumahnya dan Alex hanya tersenyum dan Blair juga hanya tersenyum. Malas
memikirkan semuanya, Blair masuk ke rumah dengan tenang.
Pentas Seni tiba,
akhirnya acara yang ditunggu-tunggu semua orang datang juga. Blair dan Alex
siap dengan kostum yang elegan. Blair benar-benar grogi dan semua itu tergambar
jelas di wajahnya. Melihat itu, Alex memegang tangan Blair. Blair tidak
terkejut, karena memang genggaman tangan yang dibutuhkannya saat dia nervous.
Giliran Alex dan Blair untuk tampil. Nada piano mengalun lembut diiringi gitar
akustik yang halus. Mereka menyanyi tanpa memikirkan masalah yang ada dan mengeluarkan
semua emosi pada lirik lagu untuk menyampaikannya lewat gerakan yang penuh
dengan arti. Semua tercengang dan mereka mendapatkan tepukan meriah dari semua
penonton. Alex tersenyum dan Blair ingin menangis karena terharu. Clark melihat
mereka dan hanya diam, tatapan Alex itu apa? Dia telah berubah, itu tatapan
matanya yang dulu. Tapi Clark tidak tenang, dia tahu satu hal yang akan
membahayakan mereka berdua.
Blair tidak tahan
lagi, air matanya jatuh karena terharu. Tanpa sadar, Alex memeluknya “Usaha
kita ngga sia-sia. Semua berjalan dengan mantap tanpa cacat”. Blair tersenyum
senang mendengar kalimat yang diucapkan Alex barusan. Blair senang, karena dia
belum pernah tampil di panggung yang meriah ini, dia hanya gadis biasa yang
suka menyanyi di rumahnya, tanpa les atau latihan khusus apapun. Berbeda dengan
Alex yang sering tampil di acara penting dan dia telah biasa mendapat tepukan
meriah semua pasang mata yang melihatnya.
Alex bingung, dia
mencintai gadis itu, pikirnya. Tapi dia tak tahu bagaimana caranya
mengungkapkan perasaannya. Dengan tekad yang penuh dan bulat, Alex berencana
mengungkapkan perasaannya besok pagi di tempat yang sudah direncanakannya. “Hei,
besok kita ngga masuk kelas. Kamu punya acara lain?” kata Alex lewat telepon. “Hm,
engga lex. Sejauh ini masih kosong, kenapa?” kata Blair. Alex tersenyum “Datang
besok pagi di blablabla, kita jogging ya. Aku jemput” sambil menutup
teleponnya. Blair mengerutkan dahinya dan dalam hati berkata , apa yang ingin
dilakukannya? Aku belum menyetujuinya, kenapa langsung menutup telepon?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar