Tittle:
THE LAST LETTER
Genre:
Straight
Author:
Shella
Rating:
family-romance-hurt-friendship-keliling sawah bareng Ipus (?)
-------
“Itu surat terakhir, Tuan Cho”
.
.
.
Sesosok lelaki tampan itu
tampak mendesah pendek.
Ia mengusap wajahnya
sesekali dan mengacak rambut cokelatnya.
Tapi kemudian ia kembali
merapikan rambut cokelat itu.
Ahh, Saga kehabisan ide
untuk melanjutkan data presentasinya sekarang ini.
Ck, saat-saat menyebalkan
selama ia menjabat menjadi pengganti Ayahnya memimpin perusahaan ini.
“Hmm..Fokus Saga, Fokus..” Gumam Saga
berbisik pada dirinya sendiri.
Lelaki tampan itu melirik ke
arah jendela.
Mata sipitnya menatap lurus
langit biru yg terlihat jelas itu.
Sejenak ia mengosongkan
pikirannya.
Menerawang ke luar nalar dan
tersentak kaget ketika pintu cokelat berukir naga itu terbuka.
“Aku sudah mengetuk, tapi tidak ada jawaban”
Ah, Yeonghwa.
Saga hanya mengangguk dan
merentangkan tangannya seolah mengatakan ‘What ever’.
Lelaki tinggi itu terkekeh
geli dan duduk di kursi yg ada di hadapan Saga.
“Sepertinya sedang kehabisan ide lagi hum?”
Ujar Yeonghwa tersenyum.
“Well” Gumam Saga malas.
“Coba kulihat”
Saga hanya menggumam tidak
jelas.
Kemudian ia membalik laptop
apple peraknya dan menangkup kedua wajahnya dengan tangan.
“Ck, kau payah, kenapa grafik ini tidak
dibuat dalam mode lain eoh? Masukkan angka penawarannya”
“Terserah”
Yeonghwa mendengus pelan.
Lelaki tinggi itu terus
mengutak-atik laptop milik Saga.
Sampai kemudian jarinya
menyentuh folder yg kelihatannya tidak pernah dibuka disana.
“Klub kebun?”
Saga mengangkat wajahnya.
Sesaat ia terlihat seperti
orang linglung.
Tapi satu detik kemudian ia
melompat dari kursinya bermaksud melarang Yeonghwa untuk membuka folder itu.
Well, lelaki tampan itu
terlambat.
Mata sipit Yeonghwa
mengerling.
Menatap satu potret yg ada
di dalam folder itu.
Ia segera membuka potret itu
dan berdesis tidak percaya.
Ah, foto itu.
Saga yg sedang tersenyum
manis ke arah kamera seraya menunjukkan sarung tangan kebunnya yg kotor bersama
seorang gadis cantik yg ikut tersenyum manis.
Ada noda tanah di pipinya.
“Sherin Kim” Ujar Yeonghwa seraya menatap Saga.
Lelaki tampan itu mendesah
pelan.
Ia memijat pelipisnya seraya
kembali duduk.
Yeonghwa menaikkan alisnya.
Ia membenarkan posisi
duduknya bersiap untuk menginterogasi lelaki tampan itu.
“Kau masih memikirkannya?!” Bentak Yeonghwa
tidak percaya.
“Yah, aku---”
“Kau tidak pernah bertemu lagi dengannya
sejak 10 tahun setelah kelulusan SMA kita! Dan kau masih menyimpan fotonya!”
“Yeonghwa, hanya sebagai---”
“Kenang-kenangan? Begitu? Sampai kapan kau
mau membohongiku heh?”
Saga menghela nafasnya.
“Kau tahu kalau dia adalah cinta pertamaku, Yeonghwa
ah..” Bisiknya lirih.
“Lalu? Apa kau mencarinya?” Tanya lelaki
tinggi itu mengernyitkan dahinya.
“Tentu saja, aku seakan gila tanpanya..Gadis
cantik itu menghilang begitu saja ketika upacara kelulusan selesai..Kupikir ia
membuka kebun bunga karena kami berasal dari klub kebun”
Yeonghwa merapatkan
bibirnya.
Ia kembali menatap foto itu.
Ah, senyum yg bisa kapan
saja membuat orang ikut melakukan hal yg sama dengannya.
Ck, Sherin Kim memang bukan gadis
populer di masa itu.
Tapi keramahan dan
keceriaannya membuat seluruh penghuni sekolah menyukainya.
Ia adalah anggota klub kebun
sekolah.
Gadis cantik yg benar-benar
tertarik dengan tanaman dan tanah.
-------
Sepeninggal Yeonghwa, Saga
termenung dalam duduknya.
Mata sipitnya kembali
memperhatikan langit biru yg luas itu.
[ “Hahahaha~
Saga Cho!” ]
Saga memejamkan matanya.
Sherin..
Ia merindukannya.
TOK TOK TOK!
“Masuk”
CKLEK.
“Presdir Cho, surat hari ini”
Lelaki tampan itu
membenarkan dasi merahnya.
Ia tersenyum ketika
sekretarisnya yg bernama Lee SeoHea itu meletakkan surat-surat itu di atas
meja.
Well, Saga memang selalu
mendapat surat pribadi di kantornya.
Ia jarang berada di rumah.
Wanita berkacamata itu
tersenyum kecil dan segera beranjak dari sana.
Meninggalkan Saga yg mulai
menyentuh lembaran amplop itu.
‘Direktur
Hwang’
‘Direktur
Kim’
‘Ibu’
Hmm.
Saga bergumam pelan.
Tidak ada surat yg
penti---EH??
“Sherin Kim?!” Jerit Saga tidak percaya.
Lelaki tampan itu tersentak
kaget.
Ia mencengkram amplop
berwarna merah muda itu dengan erat.
Mendadak jantungnya berdebar
tidak karuan.
Mata sipitnya membulat.
Oh gosh!
Ia benar-benar tidak
menyangka kalau gadis cantik itu masih mengingatnya dan mengirim surat padanya!
Saga memperhatikan amplop
itu.
Tidak ada alamatnya.
Berarti surat ini diserahkan
secara langsung hmm?
SSRAK!
Saga segera membuka surat
itu dan membacanya.
‘Saga Cho, anyeong^^
Apa kabarmu hmm? Kau pasti tidak menyangka akan mendapatkan surat dariku
bukan?
Hehehehe~
Saga, maafkan aku ya? aku baru menghubungimu sekarang.
Well, seharusnya aku melakukannya sejak dulu..
Tapi aku tidak bisa, aku..Ah, nanti kau juga akan tahu.
Hmp~
Apa sekarang kau sedang duduk di kursi presiden direktur hmm?
Menjadi pengganti Ayahmu meneruskan perusahaan?
Hahaha, kupikir kau akan membuka usaha berkebun.
Kau tentu tidak melupakan masa SMA kita bukan? Kita satu klub, klub
kebun kebanggan milik sekolah karena kita berhasil menemukan bibit tanaman
jenis baru dengan bantuan klub kimia^^
Ah, aku merindukan saat2 itu.
Really.
Saga, kau tidak perlu membalas surat anehku ini, tidak apa.
Aku hanya ingin kau membacanya nee?
Karena mulai sekarang aku akan mengirim surat untukmu setiap hari, mengerti?
-Sherin Kim- ’
Saga menutup suratnya.
Darahnya terasa berdesir
hangat.
Ia bisa merasakan debaran
itu semakin menggila.
Ya tuhan.
Saga memejamkan matanya.
Tersenyum kecil mencoba
mengingat potongan kenangannya di masa lalu.
Bersama Sherin.
-------
Jounant High School, 12 may 2002.
KRIK KRIK KRIK~
Suara Jangkrik terdengar nyaring.
Seoul memasuki musim panas.
Siswa siswi sekolah swasta itu mengeluh kesal dengan cuaca panas yg
menggila.
Berbeda dengan Sherin Kim, si anggota klub kebun yg terlihat sangat
menikmati udara pengap seperti ini.
See?
Ia sedang berjongkok di tanaman tomat sekolah seraya membenarkan posisi
topi lebarnya.
“Sherin! Jangan berlama2 disana,
nanti kau kepanasan!” Jerit Saga dari pondok.
“Bukankah itu yg seharusnya
dilakukan orang-orang ketika musim panas tiba, Saga? Kepanasan? Hahahahaha~”
Tawa Sherin geli.
“Aku sedang tidak mood untuk
tertawa Rin! Benar-benar panas! Aish! Kenapa kita tidak pulang saja eoh?”
“Aish~! Saga nakal! Apa kau
tidak kasihan dengan tanaman-tanaman yg kepanasan ini eoh? Sebagai anggota klub
kebun yg baik kita harus selalu menyiram mereka dengan air!”
Saga mengerucutkan bibirnya sebal.
Ia masih sibuk mengipasi tubuhnya yg berkeringat dengan kipas berbentuk
kepala teddy bear milik Sherin.
Gadis cantik itu menyusul Saga.
Ia duduk di sampingnya dan meneguk air mineralnya yg dingin.
“Panas yah?” Ujarnya geli.
“Apa kau sudah tidak waras?
Tentu saja panas!” Erang Saga kesal.
Sherin kembali tertawa.
“Saga~”
“Hmm”
“10 tahun lagi kau akan menjadi
apa?”
“Aku? Kurasa aku akan meneruskan
perusahaan Appaku”
“Kalau aku ingin membuat
perkebunan yg luas di dekat rumahku~ Dan aku akan mengurusinya setiap hari, kau
tidak mau bergabung denganku hmm?”
“Aniya, sudah menjadi takdirku
untuk meneruskan perusahaan keluarga itu..”
“Ah, sayang sekali..Padahal
tadinya kupikir kita akan bersama-sama merawat kebun..”
“EH? Maksudmu Sherin?”
“Lupakan!”
-------
Hmp.
Saga tersenyum geli.
Akh, ia masih ingat
bagaimana merahnya wajah Sherin saat itu.
Oh well.
Kenapa ia baru menyadarinya
sekarang eoh?
Bahwa maksud dari kalimat Sherin
waktu itu adalah tinggal bersama dengannya.
Wait, tinggal bersama?
Menikah maksudnya?
Saga mengernyitkan dahinya.
Lelaki tampan itu tersenyum
kecil.
Ia melirik laptopnya dan
memutuskan untuk kembali melanjutkan pekerjaannya.
Aish, ternyata tidak semudah
yg ia bayangkan.
Tawa manis gadis cantik itu
10 tahun yg lalu membayangi pikirannya.
Ck, sepertinya ia harus
menyerahkan pekerjaan hari ini untuk Yeonghwa.
-------
Hari ini Saga baru saja tiba
dari Jepang.
Ia menetap disana selama
seminggu.
Ah, proyek besar itu benar-benar
menguras tenaganya.
Saga mencampak jasnya di
gantungan dekat pintu ruangannya.
TAP TAP TAP.
EOH?!
Saga membulatkan mata sipitnya
menatap tumpukan amplop merah muda di sana.
Oh gosh! Saga melupakan
setiap surat Sherin yg datang! Aigoo!
Ia benar-benar teralih pada
pekerjaannya selama ini.
SSRAK!
Saga segera membuka amplop
pertama.
‘Saga~ Bagaimana kabarmu hari ini?
Hehehe~
Hari ini adalah hari musim panas pertama di Seoul, ah, entah kenapa aku
selalu membayangkan gerutuan kesalmu ketika musim favoritku ini tiba.
Kau lucu Saga Cho^^
Hei, aku ingin mengatakan sesuatu padamu, tidak apa hmm?
Mungkin aku tidak bisa menepati janjiku untuk terus mengirimimu surat.
Maaf, aku akan berusaha agar bisa memegang pena dengan benar untuk
suratnya.
Saga, kau tahu? Hari ini aku memakan pai apel.
Dan aku tidak tahu kalau pai itu berisi selai cherry.
Selai merah itu berlepotan di sekitar bibirku.
Ketika aku membersihkannya dengan tissue, aku tertegun kaget.
Wajahku terasa hangat.
Pipiku merona.
Yes, Saga Cho..
Ciuman pertama kita..
-Sherin Kim-’
Saga meletakkan surat itu.
Kemudian ia menyentuh
bibirnya dengan jari.
Memejamkan mata sipitnya.
Berusaha mendapatkan
kelembutan itu lagi.
-------
Jounant High School, 1 Juni 2000.
“Hahahahahaha~”
“Aish!
Kau pelit sekali Sherin Kim! Aku mau selai cherrynyaaaa!!”
“Yadaaaa~~”
Ck!
Saga menggeram kesal seraya mengejar gadis cantik itu.
Sherin tertawa senang.
Ia berhenti di ujung meja dan kembali mengaduk selai cherry itu.
Oh well.
Cherry di kebun sekolah mereka baru saja panen.
Dan Sherin mengajak Saga untuk membuat selai cherry di klub masak yg
sedang libur.
Awalnya memang terasa menyenangkan, tapi kesenangan itu berubah menjadi
teriakan-teriakan ribut ketika Saga ingin mencolek selai itu.
“Sherin~!” Rayu Saga dengan
wajah sendunya.
“Aish! Yaaaa yaaa, nih!” Rutuk Sherin
kesal.
Gadis cantik itu mencolek selai cherry itu dengan telunjuk kanannya.
Ia menyodorkannya di hadapan Saga.
Membuat lelaki tampan itu menarik senyumnya.
SLRUP.
DEG.
Sherin merasakan jantungnya berdebar ketika lidah hangat Saga menjilati
permukaan jarinya yg lembut.
SRET~
Saga mengoleskan selai cherry di bibir bawah Sherin.
Ia tersenyum kecil sebelum memejamkan matanya dan menempelkan bibir
mereka.
Sherin merasakan kakinya lemas.
Ia menyandarkan punggungnya di dinding dan memiringkan wajahnya.
Sampai dua menit kemudian ciuman manis itu terlepas ketika seseorang
dari klub masak membuka pintu klub.
-------
Saga masih ingat dengan
jelas.
Wanita berkacamata yg masuk
ke klub masak waktu itu adalah Jung Hyunbin, ketua klub dari siswi kelas dua.
Hmp.
Lelaki tampan itu bahkan
masih mengingat bagaimana merahnya wajah wanita berkacamata itu ketika
memergoki ia dan Sherin.
Saga tertegun.
Ia baru sadar masih ada dua
surat lagi yg belum terbaca.
Lelaki tampan itu segera
meraih surat kedua dan membukanya.
SSRAK.
‘Saga..
Apa kau sehat?
Aku benar mengkhawatirkan kesehatanmu.
Aish.
Kenapa aku harus repot-repot memikirkan dirimu heh?
Ck, aku benar-benar bingung.
Saga yah..
Maafkan aku karena waktu itu aku menghilang dari pandanganmu. Maafkan
aku karena waktu itu aku tidak sempat mengucapkan selamat untukmu. Dan maafkan
aku karena waktu itu aku tidak bisa memelukmu.
Hari upacara kelulusan kita.
Kau akan tahu di surat berikutnya.
Saga, aku merindukan masa-masa SMA kita.
Masa-masa dimana kita berdua merawat kebun sekolah.
Apa kau masih sering berkunjung ke sana?
Aku khawatir bunga Lavender yg kita tanam sudah tidak bisa bertahan
lagi.
Bunga itu segalanya untukku.
Saga, kita teman baik bukan?
Ah, tentu saja, kau bodoh, Sherin Kim >,<
Well..
Kalau saja waktu itu Yunji tidak mencari kita, mungkin..mungkin kita
tidak akan seperti ini sekarang.
Mungkin aku tidak akan menghilang tanpa jejak di hari upacara itu.
Dan mungkin kau masih berada di sisiku saat ini.
Tapi takdir berkata lain.
Aku benci takdir.
Bagaimana denganmu? Apa waktu itu hanya ketidak sengajaan? Atau benar-benar
perasaanmu yg sesungguhnya?
-Sherin Kim-’
DEG.
Saga merasakan wajahnya
panas.
Oh my.
Padang Lavender?
Tentu saja ia mengingatnya.
Bagaimana ia bisa melupakan
hal itu eoh?
Hmp.
Saga menarik senyum
manisnya.
-------
Jounant High School, 12 Juni 2000.
“Apa yang kau pikirkan
tentangku?”
“Kau akan mendapat jawabannya
suatu hari nanti..”
“Kapan?”
“Nanti, ketika hari kelulusan
kita”
“Saga yah..”
“Hmm?”
“Aku..”
SSRAK~
“Saga Cho! Kau dipanggil---”
DEG!
Mereka berdua menatap salah tingkah namja imut yg tampak malu itu.
Yunji menggelengkan kepalanya.
“Maaf! Aku benar-benar tidak
tahu! Aku tidak bermaksud..Eh, mengganggu! Kalian bisa melanjutkannya lagi!”
Namja imut itu melangkahkan
kakinya jauh.
Berlari meninggalkan Saga dan Sherin yg saling terdiam.
Ah,
Suasana manis itu buyar dalam sekejap.
Membuat rona merah menyemburat di pipi keduanya.
Saga benar-benar merasa malu sekarang.
Entah kenapa..
Ia sendiri tidak mengerti.
-------
“Sekarang aku mengerti Sherin..Aku tahu
kenapa aku merasa malu saat itu..”
Saga tersenyum kecil.
“Karena ketika aku berbisik lembut padamu,
pikiranku seakan kosong, aku tidak bisa melihat yg lain selain dirimu..Semuanya
buyar, hilang..Hanya ada kau di pikiranku waktu itu..” Bisiknya terkekeh.
Ah, Saga mendadak ingat
tentang hari kelulusan itu.
Yah, hari itu.
Hari dimana Sherin
menghilang.
Padahal waktu itu Saga sudah
bersiap akan menyatakan perasaannya pada Sherin.
Tapi mengetahui Sherin yg
tidak datang, ia berpikir kalau gadis cantik itu sedang sibuk dengan urusannya
yg penting.
Seperti mengurus perguruan
tinggi, misalnya?
Saga selalu percaya kalau
suatu hari Sherin akan datang kepadanya dan tersenyum manis seperti biasa.
Karena itu ia berhenti
mencari Sherin sejak dua tahun yg lalu.
Tapi nyatanya nihil.
Sosok cantik itu tidak
pernah terlihat sampai sekarang.
SSREK.
EH?
Saga mengernyitkan dahinya.
Ada sesuatu yg aneh di surat
barusan.
Mata sipitnya menyipit.
Darah?
Saga tertegun kaget.
Ada bekas basah disana,
seperti bekas tetesan air mata.
Mungkinkah..
Sherin menangis?
Tapi kenapa?
Saga menelan salivanya.
Pikirannya mulai berkecamuk
sekarang.
Lelaki tampan itu segera
membuka surat selanjutnya.
SSRAK!
‘Aku tidak punya banyak waktu..
Aku tidak punya banyak hari..
Aku tidak punya banyak penantian..
Tapi aku punya banyak kata yg harus kukatakan padamu sekarang.
Tidak bisa nanti.
Saga, maafkan aku.
Pada akhirnya aku tetap tidak bisa menepati janjiku untuk selalu
mengirim surat padamu.
Maaf.
Karena tanganku mulai terasa sakit.
Aku bahkan kesulitan memegang pena.
Apa kau tahu itu?
Rasanya sangat sakit.
Aish, aku harap aku bisa melihat senyummu sekarang ini Saga.
Mungkin kau merasa bingung kenapa semua suratku tidak ada alamatnya.
Aku tidak ingin kau mencariku, Saga, aku tidak ingin kau merasa kecewa.
Tidak.
Aku tahu mata penuh kasih sayang yg tegas itu akan menangis ketika kau
melihat kedaanku sekarang.
Dan aku tidak ingin hal itu terjadi.
Kau ingat hari pertama kita bertemu?
Aku menyukainya.
Walaupun waktu itu kau menganggapku seorang laki-laki.
Aku tidak pernah marah padamu ketika kau mengejekku.
Aku tidak pernah marah padamu ketika kau menggodaku.
Aku tidak pernah marah padamu ketika kau mengerjaiku.
Karena aku menyukai seluruh perlakuanmu padaku.
Aku tidak bohong! Dan jangan tertawa!
Aku tahu ini terdengar sedikit memalukan! Oke, banyak!
Tapi ini jujur dari perasaanku, Saga Cho.
Aku menyukaimu sejak lama.
Perasaan suka yg tidak pernah bisa kugambarkan dengan apapun.
Tidak.
Tapi aku sadar perasaan itu tidak berhenti sampai disitu saja.
Perasaanku berkembang.
Hingga akhirnya mekar sebagai sebuah Cinta.
Cinta..
Aku mencintaimu, Saga Cho..
-Sherin Kim-Gwangju, Shinki street, No.12-’
Saga membulatkan matanya.
Jemarinya bergetar pelan.
Perasaannya mulai gelisah.
Ia menangkap sesuatu yg
tidak beres dari surat ini.
Lelaki tampan itu segera
berlari keluar ruangan.
Ia menghampiri SeoHea yg
sedang mengetik di laptop apple hotpink-nya.
“SeoHea! Apa ada surat lain setelah yg ini?!”
Wanita berkacamata itu
mengangkat wajahnya.
Menatap Saga yg terlihat berkeringat
seraya mengatur nafasnya yg terengah.
Jemari tegas itu memegang
secarik kertas surat berwarna pink pucat.
“Itu surat terakhir, Presdir Cho”
DEG.
Saga merasakan tubuhnya
lemas.
Ia berlari ke ruangan Yeonghwa
dan mendobrak pintu itu.
Membuat lelaki tinggi itu
tersentak kaget.
“Temani aku ke tempat ini! SEKARANG!” Teriak Saga
seraya menunjukkan surat Sherin.
-------
Jounant High School, 1 Juli 2000.
“CHUKKAEEEE!! Kita lulus!!”
Para siswa siswi kelas XII-3 itu bersorak kompak.
Mereka berpelukan seraya tertawa satu sama lain.
Para wanita memakai hanbok, sementara para namja memakai jas.
Beberapa dari mereka ada yg menangis terharu, ada yg tersenyum senang.
Tapi tidak dengan lelaki tampan ini.
Tidak.
Saga terlihat gelisah saat ini.
Jemarinya mencengkram erat toga kelulusannya itu.
Ia merasakan keringat mulai mengalir di pelipisnya.
“Sherin, kau dimana?” Gumamnya
lirih.
Ah, Saga sedang menunggu sahabatnya itu.
Anggota klub kebun yg sama dengannya.
Saga sudah mencari Sherin sampai ke padang Lavender, tapi nihil.
Ia tidak menemukan gadis cantik itu dimana pun.
Saga menghela nafasnya.
Ia sudah hampir menyerah.
Tapi gerakannya terhenti ketika mendapati sahabat baiknya yg lain
berlari ke arahnya.
“APA?!”
Saga berteriak kaget ketika mendapat berita mengejutkan itu.
Ia menatap tidak percaya lelaki tinggi itu.
“Saga, Sherin menghilang sejak
kemarin, aku melihat rumahnya kosong” Ujar Yeonghwa sendu.
-------
Dua namja berjas itu sedang
berdiri di hadapan sebuah rumah berwarna putih dengan desain sederhana.
Saga menekan bel rumah itu
dan menatap Yeonghwa yg masih bingung.
CKLEK.
“Ah”
“Maaf, apa anda mengenal Sherin Kim?”
Saga memang tidak pernah
berbasa basi.
Ia menatap tajam wanita berambut
ikal itu.
“Ya, aku sepupunya, namaku Park Sooji, dan
kalian---AH! Apakah anda Saga Cho?!”
Wanita berambut ikal itu
menjerit histeris.
Membuat Yeonghwa dan Saga
saling menatap.
Saga mengangguk.
“Bisakah aku bertemu dengan Sherin?” Ujarnya
langsung.
Park Sooji terdiam.
Namun sedetik kemudian ia
tersenyum miris.
“Kau berjanji tidak akan bertindak diluar
nalar ania?”
“Aku bersumpah”
“Baiklah”
Dua namja itu segera
berjalan mengikuti Sooji.
Mata sipit Saga menyipit
memperhatikan daerah sekitar rumah mungil itu.
Ah.
Banyak bunga dimana-mana.
Bahkan ada padang Lavender
di sudut sana.
“Apa ini kebun milik Sherin?” Tanya Saga menaikkan
alisnya.
“Ya, dia merawatnya dengan sangat baik” Sahut
wanita ikal itu tersenyum.
“Apa ia sudah lama tinggal disini?”
“Hmm, 10 tahun bersamaku”
Saga membulatkan mata sipitnya.
“Kalau begitu kau tahu kenapa hari itu Sherin
tidak datang ke sekolah bukan?!” Ujarnya kaget.
Sooji hanya terkekeh kecil.
Ia mengangguk dan terus
berjalan.
Saga terus berceloteh
sementara Yeonghwa menyipitkan matanya memandangi daerah yg terlihat assri ini.
TAP.
Wanita berambut ikal itu
membuka pintu pagar yg menjulang tinggi di tengah-tengah kebun bunga tulip
berwarna ungu itu.
Ia berbalik menatap Saga.
“Satu-satunya alasan kenapa ia tidak pernah
datang di hari itu adalah karena penyakit yg di deritanya kambuh”
DEG.
Saga tersentak kaget.
“Kanker otak, komplikasi dengan ginjalnya yg
bermasalah” Jelas wanita ikal itu.
Lelaki tampan itu terdiam.
Ia tidak bisa menyahut lebih
banyak.
Ada sesuatu yg menyeruak.
“AKU TIDAK PERCAYA!!”
“Kalau begitu kau bisa tanyakan langsung
padanya”
Wanita ikal itu tersenyum
manis.
Ia berjalan ke samping.
Memperlihatkan apa yg
tertutup oleh tubuhnya sejak tadi.
BRUKK!
Yeonghwa menahan Saga yg
terjatuh.
Lelaki tampan itu merasakan
tubuhnya lemas seketika.
Mata sipitnya berkaca-kaca
dengan tetesan bening yg mendominasi.
Menatap sebuah kuburan
cantik dengan rumput hijau yg tumbuh di atasnya.
‘RIP: Sherin
Kim’
Saga menutup mulutnya dengan
tangan.
Mencoba menahan isakan yg
keluar.
Jemarinya bergetar.
Ia hancur seperti boneka
rusak.
Wanita ikal itu berlutut di
samping makam Sherin.
Ia tersenyum kecil.
“Sherin memutuskan untuk menghindar
darimu..Ia tidak ingin kau merasa sedih dengan kondisinya yg begitu
memprihatinkan..”
“….”
“Sebulan yg lalu, Sherin menyerahkan banyak
amplop kepadaku, ia bilang kalau aku harus mengirimkannya satu persatu setelah
hari kematiannya..”
Saga tidak bisa menyahut.
Tangisnya terus tumpah.
Rongga dadanya terasa sesak.
Ia tidak bisa bernafas.
Masih terbayang di kepalanya
bagaimana senyum manis Sherin waktu itu.
Waktu mereka masih bersama.
[ “Saga~!”
]
Yeonghwa menahan bahu Saga
yg bergetar hebat.
Lelaki tampan itu shock
berat.
Ia tahu itu.
Park Sooji tersenyum kecil.
Ia mengusap batu nisan Sherin
seraya berbisik lirih.
“Hei, mimpimu menjadi kenyataan, kekasihmu
menjengukmu saat ini, apa kau senang?”
END.
By: Shella.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar