Ini cerita bodoh men, cerpen pertama gue yg apa gitu ya bhahaha. Alurnya sedikit aneh, ngga bisa dibilang cerpen karena kepanjangan, ngga bisa dibilang novel juga karena terlalu sedikit. Jadi ipeh ngepost perhalaman aja ya, daripada kalian capek bacanya. Maklumi karya pertama gue yaa, kasih saran yaa thankyou. Selamat menikmati guys.
Suatu pagi yang dingin, seseorang
masih bersembunyi dibalik selimutnya. Yah, namanya Alex. Yang disekolahkan di Universitas
yang terakui di Asia oleh orangtuanya, yang mempunyai banyak les private dan
sesuatu yang berkelas lainnya. Dia terbangun karena cahaya matahari mulai
menembus kaca kamarnya yang besar. Sambil mengumpulkan nyawanya, dia berjalan dengan
langkah gontai. Dia segera mandi dan bersiap-siap untuk ke kampus. Alex tidak
ingin punya supir. Dia lebih suka mengendarai mobilnya sendirian. Alex tidak
suka pembantu, dia suka kesendirian dalam kesunyian yang senyap. Alex sampai
dengan mobil sedan putih dengan sedikit gambar api di samping kirinya. Clark,
gadis satu ini yang selalu ngelirik Alex tapi Alex tidak pernah peduli “Alex!”
Alex hanya melihat ke belakang tanpa suara “Mau kemana?“ kata clark. “Ke kelas”
sahut alex malas. Clark hanya diam dan mengikuti Alex dari belakang. “Ohya,
ntar kamu datang ke acara ulangtahunku kan?” kata Clark. “Aku usahakan” kata Alex.
Clark bingung harus bicara apa lagi karena suasana semakin aneh dan super
garing. Dia hanya senyum pada alex sambil menepuk bahu Alex tanda dia ingin
pergi duluan meninggalkan Alex. Tanpa senyum sedikitpun, hanya senyum kaku yang
Alex balas.
Clark sampai di kelas karya ilmiahnya
dan selalu dan berulang kali mengingat senyum Alex yang dulu, senyum yang cerah
dan hangat yang selalu membuat semua orang ikut bahagia. Tapi, semenjak orang
yang benar-benar Alex butuhkan, orang yang disayanginya, orang yang selalu
setia berada didekatnya telah pergi jauh ke alam yang berbeda. Alex berubah
sangat jauh dan begitu jauh, Clark tau karena orang yang selalu Alex butuhkan adalah
teman dekatnya yang sangat baik dan selalu terkenang di pikiran dan hatinya.
Di seberang sana, tampak gadis
yang sedang berlari kencang dengan rambut lurus sebahu dengan membawa buku
super banyak. Dia blair, gadis cantik yang lugu. Sampai di perpustakaan, dia
segera mengembalikan semua buku yang dipinjamnya minggu kemarin. Well, dia
senang karena dapat mengembalikan buku di waktu yang tepat karena berulang kali
Bu Gia selalu memarahinya karena terlambat mengembalikan buku yang dipinjamnya.
Blair suka buku, dia cinta novel, dia suka membaca buku apa saja, baginya buku
adalah guru paling setia yang selalu berada didekatnya. Ayah Blair penulis terkenal
dan Ibunya ialah pelukis terkenal. Blair bisa dikatakan multitalenta, dia suka
musik, dia suka menyanyi dan orangtuanya juga suka itu. Orangtuanya selalu
mendukung Blair agar ikut les vokal untuk membuat bakat blair semakin matang.
Tapi, Blair selalu menolak karena dia tidak suka foya-foya kekayaan
orangtuanya, dia ingin menjadi orang biasa yang tidak ditunggu semua orang
hanya untuk bilang “Salam buat ayah ibumu ya. Aku penggemarnya” tidak, Blair
hanya ingin jadi mahasiswa biasa seperti temannya yang lain.
Masuk tahun ajaran baru di
Universitas Church, Blair memilih kelas musik karena dia suka musik dan merasa
bakat yang paling dibanggakan orangtuanya adalah suara sopran Blair. Alex
memilih kelas musik juga, dia tahu bakatnya adalah musik. Mulai dari semua alat
musik yang dikuasainya dan suara tenornya yang menakjubkan. Saat masuk kelas,
Blair melihat seorang pria yang sedang tidur dengan kepala diatas meja. Karena
terlihat bangku kosong di sebelahnya, Blair duduk disampingnya. Guru masuk dan pria
disamping Blair masih belum sadar, dengan ragu Blair membangunkannya dengan menggoyang-goyangkan
bahu pria itu. Pria itu adalah Alex, dia suka tidur dimana saja, Alex dapat
tidur dimana saja. Alex hanya melihat sekilas pada Blair dan menoleh ke arah
lain tanpa senyum, tanpa kalimat ataupun kata. Blair hanya bingung dan tak tahu
harus bersikap seperti apa.
Kelas selesai, Blair mencoba
untuk berbicara pada Alex hanya untuk tahu namanya saja dan saling berkenalan.
Tapi belum sempat Blair membuka mulut, Alex pergi begitu saja sambil menyandang
tasnya. Blair tidak suka mencari perhatian dan juga pergi meninggalkan kelas.
Dekorasi ruangan yang begitu sempurna, karangan bunga
yang menghiasi pagar seperti menyambut kedatangan semua orang. Desain berkelas
dengan banyak makanan kecil dan minuman di sekitarnya, kue ulangtahun terbesar
yang berada tepat di samping Clark. Yah, hari ini ulangtahun Clark. Dia
mengundang semua teman-temannya dan menempelkan undangan ulangtahunnya yang ke
19 di mading sekolah. Sudah pasti Blair melihatnya karena dia suka membaca dan
dia berencana ikut karena waktu semester 1 Blair sempat berkenalan dengan Clark
dan pernah berteman baik. “Alex, kamu pergi kan? Uda dimana?” kata Clark di
telepon. “Iya, aku lagi di jalan. Sebentar lagi sampai” kata Alex. Clark tersenyum
senang karena dia yakin Alex mau menyumbangkan satu lagu untuk ulangtahunnya
yang spesial ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar