-Muhammad Ghiffari Ryoza-
Sejarah Ramen
Konon kebiasaan mengawetkan ikan dengan menggunakan beras dan cuka berasal dari daerah pegunungan di Asia Tenggara. Istilah sushi
berasal dari bentuk tata bahasa kuno yang tidak lagi dipergunakan dalam
konteks lain; secara harfiah, "sushi" berarti "itu (berasa) masam",suatu gambaran mengenai proses fermentasi dalam sejarah akar katanya.
Dasar ilmiah di balik proses fermentasi ikan yang dikemas di dalam nasi
ialah bahwa cuka yang dihasilkan dari fermentasi nasi menguraikan asam amino dari daging ikan. Hasilnya ialah salah satu dari lima rasa dasar, yang disebut umami dalam bahasa Jepang.
Nigirizushi dikenal di Jepang sejak zaman Edo.
Sebelum zaman Edo, sebagian besar sushi yang dikenal di Jepang adalah
jenis oshizushi (sushi yang dibentuk dengan cara ditekan-tekan di dalam
wadah kayu persegi). Pada zaman dulu, orang Jepang mungkin kuat makan karena sushi selalu dihidangkan dalam porsi besar. Sushi sebanyak 1 kan (1 porsi) setara dengan 9 kan (9 porsi) sushi zaman sekarang, atau kira-kira sama dengan 18 kepal sushi (360 gram). Satu porsi sushi zaman dulu yang disebut ikkanzushi mempunyai neta yang terdiri dari 9 jenis makanan laut atau lebih.
Pada zaman Edo periode akhir, di Jepang mulai dikenal bentuk awal dari nigirizushi.
Namun ukuran porsi nigirizushi sudah dikurangi agar lebih mudah
dinikmati. Ahli sushi bernama Hanaya Yohei menciptakan sushi jenis baru
yang sekarang disebut edomaezushi. Namun ukuran sushi ciptaannya besar-besar seperti onigiri.
Pada masa itu, teknik pendinginan ikan masih belum maju. Akibatnya,
ikan yang diambil dari laut sekitar Jepang harus diolah lebih dulu agar
tidak rusak bila dijadikan sushi.
Sampai tahun 1970-an sushi masih merupakan makanan mewah. Rakyat
biasa di Jepang hanya makan sushi untuk merayakan acara-acara khusus,
dan terbatas pada sushi pesan-antar. Dalam manga,
sering digambarkan pegawai kantor yang pulang tengah malam ke rumah
dalam keadaan mabuk. Oleh-oleh yang dibawa untuk menyogok istri yang
menunggu di rumah adalah sushi. Walaupun rumah makan kaitenzushi yang
pertama sudah dibuka tahun 1958 di Osaka,
penyebarannya ke daerah-daerah lain di Jepang memakan waktu lama. Makan
sushi sebagai acara seluruh anggota keluarga terwujud di tahun 1980-an
sejalan dengan makin meluasnya kaitenzushi.
Keberhasilan kaitenzushi mendorong perusahaan makanan untuk
memperkenalkan berbagai macam bumbu sushi instan yang memudahkan ibu
rumah tangga membuat sushi di rumah. chirashizushi atau temakizushi
dapat dibuat dengan bumbu instan ditambah nasi, makanan laut, tamagoyaki dan nori.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar