AYAH, ANAK DAN BURUNG GAGAK
-Meutuwah Ridhana-
Di suatu sore hari di desa kecil, ada
seorang ayah yang sedang duduk-duduk bersama anaknya yang masih muda dan baru
saja diwisuda. Mereka duduk berbincang-bincang di halaman sambil memperhatikan
suasana di sekitar mereka. Saat mereka berbincang-bincang, tiba2 datang seekor
burung gagak dan hinggap di ranting pohon.
Si ayah menunjk burung gagak itu sambil bertanya, “nak, apakah benda
hitam itu?” “burung gagak”, jawab si anak.
Ayah mengangguk-anggukkan kepala, lalu ia kembali mengulang pertanyaan yang sama. Si anak merasa sang ayah kurang mendengar, lalu ia menjawab dengan sedikit keras. “itu burung gagak. Ayah!” tetapi kemudian tak berapa lama si ayah kembali bertanya dengan pertanyaan yang sama. Si anak merasa sedikit bingung dengan pertanyaan yang sama diulang-ulang, lalu menjawab dengan lebih kuat, “BURUNG GAGAK!!” Si ayah terdiam seketika. Tidak lama kemudian, sang ayah sekali lagi membuka mulut hanya untuk bertanya hal yang sama hingga membuat si anak hilang kesabaran dan menjawab dengan nada tinggi dan kesal kepada ayahnya, “Itu gagak ayah.” Tetapi agak mengejutkan si anak, karena si ayah sekali lagi mengajukan pertanyaan yang sama. Dan kali ini si anak benar-benar marah. “Ayah!!! Saya tidak tahu ayah paham atau tidak. Sudah 5 kali ayah bertanya soal hal tersebut dan saya juga sudah memberikan jawabannya. Apalagi yang ayah mau saya katakan?? Itu burung gagak ayah,,,,,,burung gagak,” kata si anak dengan nada yang begitu marah.
Ayah mengangguk-anggukkan kepala, lalu ia kembali mengulang pertanyaan yang sama. Si anak merasa sang ayah kurang mendengar, lalu ia menjawab dengan sedikit keras. “itu burung gagak. Ayah!” tetapi kemudian tak berapa lama si ayah kembali bertanya dengan pertanyaan yang sama. Si anak merasa sedikit bingung dengan pertanyaan yang sama diulang-ulang, lalu menjawab dengan lebih kuat, “BURUNG GAGAK!!” Si ayah terdiam seketika. Tidak lama kemudian, sang ayah sekali lagi membuka mulut hanya untuk bertanya hal yang sama hingga membuat si anak hilang kesabaran dan menjawab dengan nada tinggi dan kesal kepada ayahnya, “Itu gagak ayah.” Tetapi agak mengejutkan si anak, karena si ayah sekali lagi mengajukan pertanyaan yang sama. Dan kali ini si anak benar-benar marah. “Ayah!!! Saya tidak tahu ayah paham atau tidak. Sudah 5 kali ayah bertanya soal hal tersebut dan saya juga sudah memberikan jawabannya. Apalagi yang ayah mau saya katakan?? Itu burung gagak ayah,,,,,,burung gagak,” kata si anak dengan nada yang begitu marah.
Kemudian
si ayah bangun menuju kedalam rumah dan meninggalkan si anak yang kebingungan. Kemudian
si ayah keluar lagi membawa sebuah buku di tangannya. Dia mengulurkan buku itu kepada anaknya yang
masih geram dan bertanya-tanya. Ternyata buku tersebut adalah buku diary lama. Sambil
menunjuk pada satu lembaran pada buku si ayah berkata “Coba kau baca apa yang
pernah ayah tulis di buku diary ini”. Si anak setuju dan membaca paragraf yang
berikut : “Hari ini aku dihalaman melayani anakku yang genap 5 tahun. Tiba-tiba
seekor gagak hinggap di pohon. Anakku terus menunjuk ke arah pohon dan
bertanya, “ayah, apa itu?” Dan aku menjawab, “Itu burung gagak”. Walau bagaimanapun,
anakku terus bertanya soal yang serupa setiap kali aku menjawab dengan jawaban
yang sama. Sehingga 25 kali anakku bertanya demikian, dan demi rasa cintaku aku
terus menjawab untuk memenuhi perasaan
ingin tahunya. Aku berharap hal ini menjadi suatu pendidikan untuk anakku kelak.”
Setelah selesai membaca paragrf tersebut,
si anak mengangkat muka memandang wajah si ayah yang kelihatan sayu. Si ayah
dengan perlahan bersuara, “Hari ini ayah baru bertanya kepadamu soal yang sama
5 kali,dan kamu telah hilang kesabaran serta marah. Engkau telah dewasa,
anakku. Asahlah kesabaranmu. Karena itu adalah kunci meraih suksesmu. Lalu si
anak seketika memerah karena malu. Ia bersimpuh di kedua kaki ayahnya meminta
maaf atas kesalahan yang dilakukannya.
sumber : lks b.indonesia kelas XI
sumber : lks b.indonesia kelas XI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar