Renungkanlah cerita ini!
Kakekku yang berusia 85 tahun, meninggal dunia, pada Jum’at pagi. Kabar dari
kampung halaman itu, membuat ayahku menangis. Ayah dan ibuku segera memesan
tiket untuk pulang ke kampung halaman.
Sepulangnya dari tempat kakek dan nenek, ayah menceritakan padaku bagaimana proses kematian kakek. Aku menyimak cerita ayahku, sambil tak henti beristighfar. Semoga dari kisah ini, bisa kita ambil hikmahnya.
Seminggu sebelum meninggal, kakek yang memang sering duduk di ruang tamu, sering melihat ada orang berdiri di depan jendela, berpakaian putih-putih. Mengawasi. Di siang hari. “Siapa sih itu ?!”, seru kakekku. Kakek yang memang berdarah Madura, dengan berani keluar dari rumah dan mencari orang itu.
“Cari siapa ?”, tanya nenek dan bibiku.
“Itu lho, ada orang, kata kakek”. Nenek dan bibiku menjadi heran karena tidak pernah melihat ada orang yang sering disebutkan kakek.
Pada Jumat pagi, kakekku yang meski sudah sangat tua tapi tetap sehat dan memiliki daya ingat yang kuat itu, tiba-tiba merasakan sesak nafas. Dadanya terasa sakit sekali dan beliau sampai jatuh sambil memeluk nenekku. Kakek segera dibawa ke dokter umum. Namun ternyata dokter tidak sanggup menangani, sehingga harus dibawa ke Rumah Sakit. Di perjalanan, kakek berkata pada bibiku, “Tenang, usiaku masih panjang, sampai 90 tahun!.” Selama di perjalanan, kaki kakek sudah mulai dingin.
Di Rumah Sakit, kiri dan kanan pinggang kakek dilubangi, dimasukkan selang untuk membuka paru-paru, melancarkan pernafasan. Setiap obat yang disuntikkan, tidak bisa lagi diterima oleh tubuh kakek. Mata dan kepalanya menjadi bengkak. Di saat itulah kakek terduduk dan bertanya, “Siapa itu?!” Kakek mengatakan bahwa dirinya melihat ada orang berbaju putih-putih lewat di hadapannya. Semua keluarga yang menemaninya, menjadi bingung karena tidak melihat ada orang yang seperti disebutkan kakek.
Dingin yang semula hanya di kaki, perlahan mulai menjalar ke atas. Kakekku bisa merasakannya. Pamanku sudah bersiap-siap. Mentalqin. Kakekku dengan lemah mengikuti. Saat dingin sudah sampai setengah dada, kakek berkata, “Nggak, aku masih bisa sembuh!”. Seakan ingin melawan. Entah beliau berbicara dengan siapa. Tapi setelah berkata itu...., beliau tiada. Innalillahi wainnailaihi raji'un.
Keesokan harinya, di rumah kakek dan nenekku tercium bau wangi. Wallahu’alam.. Semoga husnul khatimah.
Mendengar cerita dari ayahku itu, membuatku termenung dan benar-benar mendapat zikrul maut yang mantap. Entah apa yang dilihat oleh kakek di saat sakaratul mautnya. Wallahu’alam juga, siapakah orang berbaju putih-putih yang sering dilihat kakekku itu.
Di saat kita akan meninggal, memang hijab yang ghaib menjadi terbuka. Di saat itulah, saat penentuan. Semoga Allah swt mematikan kita dalam keadaaan husnul khatimah. Sebagai seorang muslim. Kehidupan, demikian singkatnya. Kala malaikat maut menjemput, siapa yang mampu menolak.
Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda yang maksudnya, “Bahwa malaikat maut memperhatikan wajah manusia di muka bumi ini 70 kali dalam sehari. Ketika Izrail datang melihat wajah seseorang, didapati orang itu ada yang masih tertawa. Maka berkata Izrail, "Alangkah herannya aku melihat orang ini sedangkan aku diutus oleh Allah Ta'ala untuk mencabut nyawanya tetapi dia masih bergelak tawa.”
Mungkin pada hari-hari inipun, malaikat Izrail sudah bersiap-siap mendatangi rumah kita untuk bersiap melaksanakan perintah Allah SWT.
Sepulangnya dari tempat kakek dan nenek, ayah menceritakan padaku bagaimana proses kematian kakek. Aku menyimak cerita ayahku, sambil tak henti beristighfar. Semoga dari kisah ini, bisa kita ambil hikmahnya.
Seminggu sebelum meninggal, kakek yang memang sering duduk di ruang tamu, sering melihat ada orang berdiri di depan jendela, berpakaian putih-putih. Mengawasi. Di siang hari. “Siapa sih itu ?!”, seru kakekku. Kakek yang memang berdarah Madura, dengan berani keluar dari rumah dan mencari orang itu.
“Cari siapa ?”, tanya nenek dan bibiku.
“Itu lho, ada orang, kata kakek”. Nenek dan bibiku menjadi heran karena tidak pernah melihat ada orang yang sering disebutkan kakek.
Pada Jumat pagi, kakekku yang meski sudah sangat tua tapi tetap sehat dan memiliki daya ingat yang kuat itu, tiba-tiba merasakan sesak nafas. Dadanya terasa sakit sekali dan beliau sampai jatuh sambil memeluk nenekku. Kakek segera dibawa ke dokter umum. Namun ternyata dokter tidak sanggup menangani, sehingga harus dibawa ke Rumah Sakit. Di perjalanan, kakek berkata pada bibiku, “Tenang, usiaku masih panjang, sampai 90 tahun!.” Selama di perjalanan, kaki kakek sudah mulai dingin.
Di Rumah Sakit, kiri dan kanan pinggang kakek dilubangi, dimasukkan selang untuk membuka paru-paru, melancarkan pernafasan. Setiap obat yang disuntikkan, tidak bisa lagi diterima oleh tubuh kakek. Mata dan kepalanya menjadi bengkak. Di saat itulah kakek terduduk dan bertanya, “Siapa itu?!” Kakek mengatakan bahwa dirinya melihat ada orang berbaju putih-putih lewat di hadapannya. Semua keluarga yang menemaninya, menjadi bingung karena tidak melihat ada orang yang seperti disebutkan kakek.
Dingin yang semula hanya di kaki, perlahan mulai menjalar ke atas. Kakekku bisa merasakannya. Pamanku sudah bersiap-siap. Mentalqin. Kakekku dengan lemah mengikuti. Saat dingin sudah sampai setengah dada, kakek berkata, “Nggak, aku masih bisa sembuh!”. Seakan ingin melawan. Entah beliau berbicara dengan siapa. Tapi setelah berkata itu...., beliau tiada. Innalillahi wainnailaihi raji'un.
Keesokan harinya, di rumah kakek dan nenekku tercium bau wangi. Wallahu’alam.. Semoga husnul khatimah.
Mendengar cerita dari ayahku itu, membuatku termenung dan benar-benar mendapat zikrul maut yang mantap. Entah apa yang dilihat oleh kakek di saat sakaratul mautnya. Wallahu’alam juga, siapakah orang berbaju putih-putih yang sering dilihat kakekku itu.
Di saat kita akan meninggal, memang hijab yang ghaib menjadi terbuka. Di saat itulah, saat penentuan. Semoga Allah swt mematikan kita dalam keadaaan husnul khatimah. Sebagai seorang muslim. Kehidupan, demikian singkatnya. Kala malaikat maut menjemput, siapa yang mampu menolak.
Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda yang maksudnya, “Bahwa malaikat maut memperhatikan wajah manusia di muka bumi ini 70 kali dalam sehari. Ketika Izrail datang melihat wajah seseorang, didapati orang itu ada yang masih tertawa. Maka berkata Izrail, "Alangkah herannya aku melihat orang ini sedangkan aku diutus oleh Allah Ta'ala untuk mencabut nyawanya tetapi dia masih bergelak tawa.”
Mungkin pada hari-hari inipun, malaikat Izrail sudah bersiap-siap mendatangi rumah kita untuk bersiap melaksanakan perintah Allah SWT.
sumber dari Hudzaifah.org
Semoga cerita ini bisa bermanfaat dan kita renungkan setiap perbuatan yang kita lakukan.
_Riska Yulia Putri_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar