-Muslahatul Jafar-
Ketika pertama aku
melihatnya, entah dari mana datangnya dia. Tiba-tiba saja dapat
kurasakan dengan jelas, ada debar halus yang mengetuk perlahan lubuk
hatiku. Sebuah debar yang belum pernah kurasakan sebelumnya.
Namun
anehnya, justru debar itulah yang menuntunku untuk selalu menatap ke
arahnya. Merasa sangat sayang bila sejenak tidak memperhatikan setiap
polah tingkahnya.
Aku bahkan bertanya kepada Tuhanku, “Ya
Allah, Tuhan pemilik cinta dan kasih, apakah arti dari debar ini ?
Bukankah Engkau tahu, akan lebih mudah bagiku, bila aku pernah merasakan
sebelumnya. Tidak seperti saat ini. Ya Allah, Tuhan yang selalu
mencintai hamba-Nya, apakah yang sebenarnya ingin Engkau tunjukkan
kepadaku ?”
Mengertikah
dia ? Ketika aku tidak sanggup berlama-lama tidak menatapnya. Tidak
juga sanggup sekejap pun, berpaling darinya. Kalbuku tersiksa dan
meronta. Jiwaku berteriak. Seolah ada segumpal rindu yang mengendap di
dalam kalbu. Kepada dia yang membuatku demikian sibuk dengan debaran
halus itu.
Dalam senyum keheningan, aku menghibur hatiku.
Kasih,
apakah engkau menyadari satu hal ? Bahwa pijaran lembut di hatimulah
yang memaksa hatiku berdebar halus melalui tatapan bening milikmu.
Sebuah debaran halus diantara sekian banyak deburan rindu.
Sayang, aku ingin engkau mengetahui doaku kepada Tuhanku,”Ya Allah, Tuhan pemilik hati setiap manusia dan yang berhak membolak-balikkan hati manusia. Biarkanlah aku tenggelam dalam limpahan kasih sayang-Mu. Biarkanlah kurasakan dahsyatnya debaran halus diantara deburan rindu yang membuncah. Dengan segenap hati, aku memohon. Sentuhkanlah hati ini dengan pijar lembut itu. Ya Allah, dengan segala kasih dan ridlo-Mu, melalui bening tatapannya, ijinkan aku melihat bintang di hatinya.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar